Mengenal Penyakit Tuberkulosis Reguler dan Tuberkulosis Kebal Obat (TB MDR) - Dunia-Spasi

Monday 9 March 2015

Mengenal Penyakit Tuberkulosis Reguler dan Tuberkulosis Kebal Obat (TB MDR)


Penyakit Tuberkulosis (TB) sudah populer di kalangan masyarakat, mengingat negara berkembang masih tinggi angka nya untuk peyakit ini. semakin tinggi karena sebagian masyarakat ada yang masih menganggap bahwa penyakit ini biasa atau malas berobat sesuai standar, karena harus rutin kontrol dan bolak-balik ke puskesmas atau rumah sakit. Bisa jadi, ketidak tahuan tentang gejala penyakit ini juga berpengaruh.

Saatnya, masyarakat mengetahui tentang penyakit ini secara detail. Blogger #SahabatJKN dari Tanggal 3 sampai 5 Maret kemarin, mengikuti lokakarya Penyakit TB plus kunjungan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin dan Puskesmas Garuda di Bandung. Inisiasi kegiatan ini dimotori teman Blogger Mas Anjari Umarjianto yang kebetulan adalah staff Kementerian Kesehatan RI.

Tugas kami, sebagai blogger adalah menyampaikan hasil lokakarya yang bersumber dari para narasumber kompeten, serta informasi yang valid dari informan kepada masyarakat melalui tulisan. Jadi, walau kami bukan dokter atau ahli kesehatan, tulisan kami berdasarkan pemaparan dokter dan narasumber yang kompeten di bidangnya.

Sekarang, mari berkenalan dengan penyakit TB. Disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Menyerang Paru-Paru, Tulang, Sendi, Usus, Kelenjar, Limfe, Selaput otak dan lain-lain. Ini bukan penyakit turunan atau kutukan, ya. Penyakit menular ini bisa jadi berasal dari penularan dari orang lain.

Gejala pokok TB : Batuk berdahak selama tiga minggu atau lebih.

Gejala tambahan : Demam dan meriang sebulan atau lebih, jika malam hari sampai menjelang dihihari keluar keringat berlebihan, nyeri dada dan sesak napas.

Penyebaran kuman TB disebarkan oleh penderita yang belum berobat, yang batuk dan bersin tanpa menutup mulutnya. Orang-orang di sekitarnya yang menghirup sebagian kecil udara yang terpapar kuman TB, bisa terinpeksi juga. Penderita yang belum berobat, masih mengandung kuman TB aktif BTA (Basil Tahan Asam). Seperti dipaparkan oleg dr. Sigit, bahwa kondisi penderita yang belum berobat, bepotensi menularkan kepada 15 orang di sekitarnya. Dinyatakan juga oleh dr.Sigit, bahwa kuman TB senang hinggap di dalam paru-paru karena banyak oksigen dan paru-paru adalah gerbang utama keluar masuknya udara, jadi tak heran jika kuman banyak yang nyangkut dan betah di sana.

Penderita sebaiknya memeriksakan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat, biasanya, akan melalui proses pemeriksaan dahak dan rontgent paru-paru. Setelah dinyatakan sakit TB, pasien diberi obat dan harus diminum tanpa putus selama 6-8 bulan. Obat TB diberikan gratis jika berobatnya di Puskesmas. Selama pengobatan, akan diberikan tahapan serta konsultasi dokter saat kontrol rutin. Jika mengalami efek samping seperti mual, hilang napsu makan, sakit perut, nyeri sendi, kesemutan dan rasa terbakar di kaki serta gatal-gatal dan warna kemerahan di urine, jangan berhenti minum obat. Tapi jika keadaan sangat parah, segera laporkan ke petugas kesehatan atau dokter. Jika gatal, biasanya pasien punya alegri terhadap obat tertentu, biasanya dokter akan memberikan obat anti alergi.
Pasien TB Regular, dapat berobat di rumah dengan pengawasan pihak keluarga, karena dipastikan semua obat yang diberikan harus diminum tuntas sesuai dosis yang diberikan setiap harinya. Jika tidak tuntas, berpotensi mengidap TB kebal obat atau MDR (Multi Drug Resistant).

Obat TB ditunjukan oleh dokter RS Hasan Sadikin (Foto : @DefiraNC)

Gejala TB MDR sama dengan TB Regular, bedanya, MDR sudah kebal terhadap obat. Jadi proses pengobatannya memerlukan waktu lebih lama lagi dengan dosis yang lebih banyak dan tempat pengobatan TB MDR belum ada di semua daerah, baru ada di lokasi tertentu dengan rujukan dokter. Lama pengobatan antara 18-24 bulan.
Tahap awal pengobatan, diberikan obat minum dan suntikan selama 6 bulan tanpa henti, setiap hari. Tahap lanjutan, pemberian obat minum tanpa suntikan sampai tuntas. Pengobatan TB MDR harus diminum di Puskesmas atau Rumah Sakit dengan pengawasan PMO ( Pengawas Menelan Obat) Dipastikan pasien menelan obat tanpa terlewat sedikitpun, untuk menghindari kuman semakin kebal.

Efek samping dari pengobatan TB MDR sama dengan efek samping pengobatan TB Regular, bedanya, MDR kadang ada yang punya efek samping halusinasi bahkan gangguan kejiwaan. Tapi jangan terlalu dicemaskan, selagi dukungan keluarga penuh secara moral. Dan terus mendampingi dalam masa pengobatannya, semua efek samping dapat diatasi.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, satu dari 6 dari kasus TB masih berakhir dengan kematian, termasuk kematian 510.000 wanita setiap tahunnya. Belum lagi, masih banyak kasus yang belum terungkap sehingga ini merupakan tantangan besar untuk pencehagan dan pengobatannya. Indonesia, merupakan peringkat 8 dari 27 negara dengan beban TB MDR terbanyak di dunia. Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, perkiraan TB MDR di Indonesia sebanyak 6800, perhitungan dari 2% kasus baru dan 12% kasus pengobatan ulang.

Bagi penderita, supaya tak menularkan TB Regular maupun TB MDR ke orang di sekitarnya, sebaiknya jangan buang dahak sembarangan, tissue bekas penutup batuk dibuang ke tempat sampah tertutup, jika batuk sebaiknya ditutup dengan lengan. Karena kalau ditutup telapak tangan, saat salaman atau memegang anak, kumannya bisa berpindah. Selain itu, pakai masker ketika berada di keramaian.

Kunjungan Blogger ke Klinik DOTS

Dengan sosialisasi dan pengenalan penyakit TB ini, diharapkan seluruh komponen masyarakat juga ikut andil untuk sama-sama memberikan saran atau ajakan pada saudara atau tetangganya yang terindikasi gejala TB untuk memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat. Yuk, sama-sama hidupkan semangat hidup penderita dan masa depan mereka jangan sampai sia-sia karena TB. Untuk lebih detailnya, bisa dapat informasi melalui www.tbindonesia.or.id




16 comments:

  1. Wajib pake masker ya mak, biar ga nularin orang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba, untuk penderita sebaiknya pakai masker agar tak menyebarkan virus lebih banyak lagi :)

      Delete
  2. TFS infonya bagus sekali mak.
    kewaspadaan mmg perlu.

    ReplyDelete
  3. Dulu banget, TB ini penyakit yang ditakuti ya, sampai mau dekatan pun nggak diperbolehkan.
    Semoga dengan banyaknya tulisan tentang TB orang-orang makin sadar kesehatan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Kak, dulu pas saya kecil diceritain orang-orang dewasa, katanya jangan dekat2 si ibu anu, soalnya lagi sakit TBC, sampai kasian banget saya sama si ibu itu dijauhi banyak orang :(

      Delete
  4. Tuberkolusis itu penyakit yg pernah mendera ibuku, gejalanya batuk berdahak berbulan-bulan nggak sembuh, akhirnya setelah periksa dahak & rontgen di puskesmas, dokter diagnosis TB, minum obatnya besar2 seperti foto di atas, rutin selama 6 bulan, dapat susu gratis juga.. Alhamdulillah kini sudah sembuh.

    biasanya sebelum 6 bulan batuk udah reda dan gak ada gejala, itu yang bikin banyak pasien TB malas minum obat, padahal kalau belum dipastikan sembuh oleh dokter bisa berkembang jadi MDR-TB, yang jauh lebih gawat.

    TFS infonya mencerahkan, mak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget Mba, banyak yang terkecoh....merasa sudah baikan dikit dan gak batuk lagi, lalu berhenti berobat. Padahal kuman belum bersih, jika pengobatan berhenti, akhirnya kuman jadi tahan dan kebal obat, jadilah TB MDR, pengobatan perlu waktu lama lagi.

      Delete
  5. jadi ngeri saya sama penyakit ini :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jika waspada dan tahu prosedur keamanan thd penyakit ini, tidak akan membahayakan Mas :)

      Delete
  6. aku baca timeline di twitter aja banyak banget ilmu yang di dapat

    ReplyDelete
  7. Acara beginian di Surabaya kira2 ada nggak ya mbak Ani???

    ReplyDelete
  8. Allhamdulillah banyak ilmu baru yang kita dapat ya mbak

    ReplyDelete
  9. Makasih informasinya, Mba Ani, Bermanfaat banget. Sekarang Ima lagi cari2 informasi ttg TB, kemaren ini udah ada hasil lab benda yang nempel di otak suami, ternyata TB, Mba. Mudah2an gampang di obatinya.

    ReplyDelete
  10. I Love Your Website, I Would Appreciate It For A Good Read This!!!

    ReplyDelete
  11. Makasi infonya, sy dan teman-teman dari PERDAKI di timika-papua, sdh melakukan pendampinga PMO kepada penderita TB mulai dari thn 2014, dan sdh byk yg sembuh, sekarang kami jga ada mendampingi pasien TB MDR sebanyak 4 orang, TB bkn penyakit turunan ataupun kutukan, karna TB dpt di sembuhkan.TBc, cepat temukan,cepat dampingi,cepat sembuhkan

    ReplyDelete

@templatesyard