Industri fashion
kemajuannya akan bisa dirasakan jika dalam pengelolaannya ada inovasi dan
kreativitas. Artinya, mampu melakukan terobosan-terobosan yang cukup berarti
dalam memilih bahan dan gaya busana yang tak mengekor pada fashion pada
umumnya. Selain itu adanya regenerasi perancang melalui lahirnya designer-designer muda akan memberikan
nuansa penyegaran yang cukup berarti.
Hal ini saya rasakan
ketika menyaksikan Fashion Extravaganza di Next Young Promising Designers yang
mengambil tema “Embracing Hand Woven The
Indonesian Heritage” Bertempat di Sentra Kelapa Gading. Saya sempat
menghadiri event ini umenjelang hari terakhir pagelaran, 31 Juni 2014.
Sedangkan event ini sudah berlangsung sejak 9 Mei – 1 Juni 2014.
Event ini berada pada
naungan Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) yang sudah berlangsung sebelas
kali dan tahun ini adalah tahun pertama dari dua dekade berlangsungnya JFFF
ini. Program tahunan JFFF bekerjasama dengan pemerintah Provinsi DKI Jakarta
melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bersama PT
Summarecon Agung Tbk. Tetap mengusung semangat “Transforming Indonesia Into Global Taste” yang bertujuan mengangkuat
citra, harkat dan martabat Indonesia melalui industri produk fashion dan
kuliner asli Indonesia yang berkualitas Internasional. Dengan konsisten
mengangkat rangkaian acara Fashion Extravaganza, Food Festival dan Gading Nite
Carnival.
Salah satu karya peserta Next Young Promising Designers |
Jam 14.00 acara dibuka
oleh MC, dihadapan panggung duduk 7 orang juri yang sudah punya kompetensi
dalam bidang seni dan mode tanah air, mereka adalah Aida Nurmala (Pemeran Seni,
Direktur Studio One), Dhanny Dahlan (Perwakilan Citra Tenun Indonesia), Didi
Budiarjo (Perancang Mode Indonesia), Koestriastuti (Pengurus bidang pelatihan
dan pengembanga CTI, pengurus DEKRANAS), Ninik M Pambudy (Wakil Pemimpin
Redaksi Harian Kompas), Rian Salmun (Perwakilan JFFF) dan Sandrina Satar
(Bendahara CTI, Isteri Direktur Utama Garuda Indonesia). Mereka menilai 10
Finalis yang telah terpilih dari proses penjurian sebelumnya.
Seluruh finalis
mempresentasikan karya mereka dalam bentuk rancangan berbahan dasar tenun
Nusantara dalam corak, motif dan keseluruhan busananya. Saya sangat terkesan dengan semua yang
ditampilkan. Ada tenun khas Garut Jawa Barat, Bali, Lombok, Sumba, Palembang
dan Kalimantan. Berbagai macam corak dan model berbahan dasar tenun ini
ditampilkan sangat luwes. Apalagi untuk tenun yang dikolaborasikan. Pada
beberapa rancangan peserta, ada yang mengkombinasikan antara tenun Garut-Palembang,
Bali-Palembang, Kalimantan-Garut-Bali dan lain sebagainya. Dari presentasi ini,
terlihat betapa Indonesia mempunyai banyak ragam keindahan dan cita rasa seni
yang berkelas.
Sambil menunggu pengumuman pemenang, para undangan dan media menikmati suguhan musik dari sebuah band.
Kehadiran JFFF ini
sangat membantu sekali promosi budaya dan industri mode Indonesia sampai ke
selutuh dunia, selain itu dapat mengangkat kesejahteraan para penenun di
seluruh pelosok Indonesia. Bahkan ajang Next Young Promising Designers ini
sangat memacu semangat dan kreativitas anak bangsa. Dengan hadirnya para
perancang muda berbakat ini, akan lahir maestro-maestro seni budaya terbaik
tanah air berikutnya.
Dari 10 Finalis
tersebut didapat pemenang sebagai berikut :
Para pemenang diapit oleh modelnya |
Pemenang ke 1 : Felisa
Aprilia (tema : When Culture Meet Urban)
Pemenang ke 2 : Audrey
Aledya Chaerunnisa (tema : Envisage Vol 2)
Pemenang ke 3 : Dewi
Christina Lie Echeveste (tema : Living Madrid)
Sedangkan Pemenang
Favorit melalui voting terbanyak di Fanpage Facebook Jakarta Fashion and Food
Festival adalah Qurnia Harmas (tema : Playing Tenun)
Usai menonton awarding Next Young Promising Designers saya
ke La Piazza, masih di kawasan Sentra Kelapa Gading. Di sana ada Kampoeng Tempo Doeloe diberi nama Pasar Gambir di sana saya dapat
menikmati suasana Pasar Gambir tempo dulu, dengan hiruk pikuk masyarakat dan
pedagang serta aneka jajanan khas Indonesia yang semuanya mampu membuat saya
terpuaskan melahapnya. Semua makanan di sana sangat sesuai dengan lidah saya
dan ada beberapa makanan yang mampu mengobati kerinduan saya terhadap kampung
halaman saya di Bandung. Makanan yang jarang sekali saya temui di Jakarta, ada
Mie Kocok Bandung, Bala-Bala (Bakwan Sayur) , Oncom goreng, combro dan Misro.
Suasana Pasar Gambir Tempo Doeloe |
Saya yang selama ini
penasaran dengan Serabi Notosuman, bisa langsung merasakan di sana, tak perlu
jauh-jauh ke tempat asalnya. Banyak sekali aneka kuliner di sana Bisa beli Nasi
Bali, Nasi Lengko, Nasi Jamblang dan masih banyak lagi. Dijual dalam
gerobak-geobak dan booth-booth khas
Pasar Gambir Tempo Dulu, sangat membangkitkan selera, sambil menikmati kuliner
bisa menikmati hiburan di Panggung utama.
Rangkaian acara yang
sangat padat, bermanfaat dan menghibur. Semoga di Tahun depan dapat berkesempatan
mengikuti acara JFFF ini lagi.
Wuih, saya bisa seharian gak pulang nih klo ngendon di kulineran model begitu hehehehe...
ReplyDeleteciaaaattt....ramai banget yah acaranya... aku malah pengen kulinernya kayanya mantaabbb :))
ReplyDeleteada bala-bala aku mau mbak :)
ReplyDeletekalo kulineran, saya bisa betah.. :)
ReplyDeletenyami banget tuh makanan nya
ReplyDeletemau dong hehehehe
keren..... lanjutkan minn
ReplyDelete