Lokakarya Nusantara Bertututr |
Zaman yang semakin
modern, tak berbanding lurus dengan kualitas karakter anak-anak bangsa sekarang
ini. Hambatan yang terjadi, tentu saja dari beberapa faktor yang memengaruhi
sifat anak. Misalnya, pengaruh media yang memberikan informasi berlimpah tanpa
saringan yang ketat, pengaruh gadget yang membuat anak menjadi individualistis.
Karena cenderung asyik bermain dengan dunia nya sendiri, main games, interaksi
dengan teman-teman dunia maya, sampai lupa belajar, mengaji atau sekadar berbincang-bincang
dengan keluarga.
Komunikasi anak jadi
sangat terbatas, nyaris tak ada interaksi yang intens. Baik dengan keluarga,
teman atau lingkungan setempatnya. Karena waktunya tak cukup. Apalagi jika
sudah menjelajah dunia digital.
Lokakarya Nusantara Bertutur dengan
tagline “Menggali Jati Diri Bangsa” digelar di Gedung Elnusa Lantai 1. Jl. TB
Simatupang Jakarta Selatan. Bertujuan untuk menggugah kembali karakter-karakter
berkualitas yang bisa dibangun untuk memunculkan kembali kualitas karakter generasi
penerus. Melalui pencarian kembali akar permasalahan yang tengah booming pada anak maupun orangtua. Kali
ini, empat Narasumber mengisi sesi pertama, yang terdiri dari Dr. Kacung Marijan MA (DirJen kebudayaan Kemendikbud), Megawati
Santoso (Akademisi), Garin Nugroho
(Produser dan Sutradara Film) dan Prita
Kemal Gani (Komunikasi Massa).
Menurut Dr. Kacung, hasrat pengetahuan untuk anak-anak
maupun remaja harus ditumbuhkan. Agar mereka tak Cuma ingin tahu saja, tetapi
harus mau menelaah setiap informasi yang diterimanya, menjadi olahan pikiran
dan rasa.Sehingga dapat membedakan mana yang baik mana yang benar. “Ruang
publik komunikasi harus dikembalikan pada tempatnya, tidak tergantung pada
media.” Dr.Kacung, menjelaskan.
Megawati Santoso menambahkan, bahwa karakter baik dari
individu-individu warga Indonesia masih ada, hanya saja belum terungkap. Maka,
dalam acara ini juga Mega mengajak semua peserta untuk meramaikan website
Nusantara Bertutur untuk upload foto, video atau apapun yang memunculkan
individu-individu yang inspiratif supaya dapat diteladani dan jadi contoh yang
baik bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Garin Nugroho mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia
sudah terkena virus media yang memberi pengaruh kurang baik. Sebut saja, tayangan
televisi yang kian gencar menayangkan sinetron berbau konsumtif, pacaran
sebelum waktunya, adegan kekerasan, bullying
dan gosip yang kian digemari. Selain itu, penggunaan sosial media yang tak
sesuai porsi dan tidak tepat membuat penerimaan limpahan informasi yang membuat
bingung anak. Anak susah mencerna, apalagi jika tak ada pengertian dan
pendampingan orangtuanya.
Dr.Kacung, Megawati Santoso dan Garin Nugroho intinya
menyuarakan, bahwa komunikasi terhadap anggota keluarga atau dari guru ke murid
sangat diperlukan. Menciptakan komunikasi yang berkualitas agar ada interaksi
yang menumbuhkan moral tinggi.
Prita Kemal Gani yang sering mengamati para orangtua,
yang memasukkan anaknya ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menganggap belum
efisien selagi orangtua belum mengetahui tujuan pendidikan PAUD. Banyak anak
yang masih disuapi, dibawakan barangnya ketika sekolah atau dibuatkan PR nya
tanpa dikasih tau caranya dan lain-lain. Prita pun menjelaskan esensi dari
pendidikan PAUD adalah untuk mendidik anak supaya mandiri, berkembang dalam
usianya. Artinya, setiap gerakan dalam kehidupan sehari-harinya biarkan anak
merasakannya sendiri, seperti makan, minum, memakai pakaian, sepatu dan lain
sebagainya. Anak masuk PAUD juga bertujuan untuk menumbuhkan karakter sosial
dan pembelajaran awal menumbuhkan empaty terhadap sesamanya.
Prita juga menjelaskan sumber pendidikan dan
pembangunan karakter anak bisa didapat dari tujuh poin sebagai berikut :
Kebiasaan, Pengasuhan dan
Pembelajaran dari rumah, anak dapat mencerminkan kebiasaan yang dilakukan orangtua dan
saudara-saudaranya di rumah. Contoh terkecil adalah, menyimpan tas sekolah,
baju kotor pada tempatnya, ikut inisiatif membereskan rumah, menolong orangtua
di dapur dan lain-lain. Ini akan terbawa sampai ke luar. Ke kehidupan
bermasyarakat yang lebih luas.
Pendidikan di sekolah, Pelajaran yang disampaikan, cara
guru menyampaikan pelajaran kepada murid dan interaksi guru ke murid akan
memengaruhi sikap anak didiknya.
Pemerintahan, Kebijakan-kebijakan yang ditentukan
pemerintah sangat berpengaruh dalam membangun karakter bangsa. Juga
pelaksanaannya. Katakanlah aturan-aturan berpakaian rapi untuk anak sekolah,
tidak boleh merokok di kawasan publik atau lain-lainnya.
Empat poin lainnya dari masyarakat sipil, dunia
politik, industri dan media massa.
Kesimpulannya, semua
unsur dalam kehidupan masyarakat betapa sangat berpengaruhnya dalam membangun
karakter anak. Terutama masalah komunikasi.
Berbicara masalah
komunikasi, pada sesi 2 Lokakarya Nusantara Bertutur, ada materi cara
penyampaian dongeng pada anak. Melalui dongeng, cukup efektif dalam
menyampaikan nilai-nilai luhur pendahulu yang patut diteladani. Memilih dongeng
untuk anak pun harus yang tepat. Tak asal berbau budaya, tapi isinya harus bisa
dicerna dengan baik dan mudah oleh anak. Misalnya, dongeng legenda Sangkuriang
dan Malinkundang masih belum cocok untuk disampaikan pada anak 0-6 tahun.
Karena isinya masih bertema berat. Dongeng bisa berupa fabel (cerita binatang)
atau tokoh-tokoh yang patut diteladani.
Sesi 2 diisi oleh narasumber kompeten
dalam dunia pendidikan anak, mereka adalah Wahyu Farah
Dina, SP. Med (Direktur
Pengembangan SDM IHF dan Sekolah Karakter, Imelda
Hutapea (Lead Trainer Lifelong Learners School Of Education) dan Farhan (Komunitas Indonesia Berkibar).
Imelda mengatakan bahwa cara mengajarkan sesuatu pada
anak, harus mengetahui dulu kondisi penerimaan anak terhadap apa yang akan disampaikan.
“Story Telling lebih efisien dalam menyampaikan pelajaran, bisa diselingi
cerita inspiratif yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.” Ujarnya.
Imelda juga menambahkan bahwa stimulus terhadap
telinga itu penting. Proses penerimaan materi pertama ditangkap oleh telinga. “Makanya
harus mengadakan pembacaan cerita rutin untuk anak, jika penangkapan berbeda,
bisa menggunakan metoda cerita pendek, panjang, menggunakan media cerita atau
alat praga. Supaya mudah diterima anak.” Urainya.
Wahyu Farah Dina juga menambahkan, bahwa dengan
membaca buku-buku yang familiar dengan kehidupan sehari-hari atau cerita aktivitas
di rumah, dapat menimbulkan kosa kata baru bagi anak.
Dongeng yang telah disampaikan setelahnya dibahas
dengan diskusi kecil, menjelaskan tokoh-tokohnya, misalnya yang baik patut
dicontoh, yang jahat jangan ditiru. Sebelumnya, bisa langsung meminta pendapat
anak terhadap karakter-karakter tokoh tersebut. Dengan demikian, kita bisa
megukur sampai di mana pemahaman anak terhadap cerita tersebut. Jika anak tak
paham dan tak memberi komentar, baru kita jelaskan sesuai porsi pemahamannya.
Farhan |
Farhan dari Komunitas Indonesia Berkibar yang juga
artis dan penyiar radio, sudah berpengalaman dalam dunia pendidikan anak,
Farhan kerap diminta membimbing siswa-siswi SD baik untuk mendongeng atau
menyampaikan suatu materi. Menurut Farhan, jangan sesekali kita memberikan
pelajaran seolah-olah memberikan pekerjaan kepada anak. Dengan waktu yang lama
dan harus duduk manis, serius dan tegang. “Sebaiknya anak merasa fun dalam
menerima proses pembelajaran tersebut.” Kata Farhan.
Lokakarya ini sangat bermanfaat dan benar-benar
memancing kita sebagai orangtua untuk terus menggali jati diri yang
sesungguhnya, membangun karakter anak dengan nilai-nilai keteladanan dan
meningkatkan komunikasi intens untuk menyampaikan berbagai pesan moral dan
bekal untuk masa depannya. Pola bertutur sangat berpengaruh dalam daya tangkap
anak. Jadi, bertuturlah dengan baik dan carilah bernagai sumber ilmu untuk
diterapkan. Maka anak-anak pun akan mengikuti apa yang patut diteladani.
Menjadi teladan bagi anak itu susah susah gampang...
ReplyDeletejadi inget kata2 ini, guru digugu lan ditiru..
ReplyDeletebelum kebayang nanti kalau sudh punya anak begimana hehe,makasih ya mbak ilmu barunya hehehe
Mendalami tulisan Mba Ani yang sangat informatif.
ReplyDeleteSy baru tahu ttg tujuan PAUD, Mba.
Semoga kelak sy bisa menjadi ortu yg baik. Aamiin.
Dulu juga Marwah saya masukkan ke PAUD dulu untuk melatih kemandiriannya dan untuk bersosialisasi juga, makasih atas infonya mbak Ani
ReplyDeleteBagus banget materinya, pgn punya project mendongeng nih sama anak2 :D
ReplyDeleteKarena sekolah pertama bagi anak adalah rumah dan gurunya, ibu :)
ReplyDeletesayang banget aku gak ikutan ya teh padahal banyak yang bisa aku ambil dari seminar ini. Untungnya Teh ani menuliskan hasilnya nih. peran orang tua sangat besar ya dalam mendidik anak-anak
ReplyDeleteTerima kasih, sharingnya Mbak Ani :)
ReplyDelete