Mendongeng Untuk Membangun Karakter Bangsa - Dunia-Spasi

Tuesday 20 January 2015

Mendongeng Untuk Membangun Karakter Bangsa



Lokakarya Nusantara Bertututr


Zaman yang semakin modern, tak berbanding lurus dengan kualitas karakter anak-anak bangsa sekarang ini. Hambatan yang terjadi, tentu saja dari beberapa faktor yang memengaruhi sifat anak. Misalnya, pengaruh media yang memberikan informasi berlimpah tanpa saringan yang ketat, pengaruh gadget yang membuat anak menjadi individualistis. Karena cenderung asyik bermain dengan dunia nya sendiri, main games, interaksi dengan teman-teman dunia maya, sampai lupa belajar, mengaji atau sekadar berbincang-bincang dengan keluarga.

Komunikasi anak jadi sangat terbatas, nyaris tak ada interaksi yang intens. Baik dengan keluarga, teman atau lingkungan setempatnya. Karena waktunya tak cukup. Apalagi jika sudah menjelajah dunia digital.

Lokakarya Nusantara Bertutur dengan tagline “Menggali Jati Diri Bangsa” digelar di Gedung Elnusa Lantai 1. Jl. TB Simatupang Jakarta Selatan. Bertujuan untuk menggugah kembali karakter-karakter berkualitas yang bisa dibangun untuk memunculkan kembali kualitas karakter generasi penerus. Melalui pencarian kembali akar permasalahan yang tengah booming pada anak maupun orangtua. Kali ini, empat Narasumber mengisi sesi pertama, yang terdiri dari Dr. Kacung Marijan MA (DirJen kebudayaan Kemendikbud), Megawati Santoso (Akademisi), Garin Nugroho (Produser dan Sutradara Film) dan Prita Kemal Gani (Komunikasi Massa). 

Menurut Dr. Kacung, hasrat pengetahuan untuk anak-anak maupun remaja harus ditumbuhkan. Agar mereka tak Cuma ingin tahu saja, tetapi harus mau menelaah setiap informasi yang diterimanya, menjadi olahan pikiran dan rasa.Sehingga dapat membedakan mana yang baik mana yang benar. “Ruang publik komunikasi harus dikembalikan pada tempatnya, tidak tergantung pada media.” Dr.Kacung, menjelaskan.

Megawati Santoso menambahkan, bahwa karakter baik dari individu-individu warga Indonesia masih ada, hanya saja belum terungkap. Maka, dalam acara ini juga Mega mengajak semua peserta untuk meramaikan website Nusantara Bertutur untuk upload foto, video atau apapun yang memunculkan individu-individu yang inspiratif supaya dapat diteladani dan jadi contoh yang baik bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Garin Nugroho mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia sudah terkena virus media yang memberi pengaruh kurang baik. Sebut saja, tayangan televisi yang kian gencar menayangkan sinetron berbau konsumtif, pacaran sebelum waktunya, adegan kekerasan, bullying dan gosip yang kian digemari. Selain itu, penggunaan sosial media yang tak sesuai porsi dan tidak tepat membuat penerimaan limpahan informasi yang membuat bingung anak. Anak susah mencerna, apalagi jika tak ada pengertian dan pendampingan orangtuanya.

Dr.Kacung, Megawati Santoso dan Garin Nugroho intinya menyuarakan, bahwa komunikasi terhadap anggota keluarga atau dari guru ke murid sangat diperlukan. Menciptakan komunikasi yang berkualitas agar ada interaksi yang menumbuhkan moral tinggi. 

Prita Kemal Gani yang sering mengamati para orangtua, yang memasukkan anaknya ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menganggap belum efisien selagi orangtua belum mengetahui tujuan pendidikan PAUD. Banyak anak yang masih disuapi, dibawakan barangnya ketika sekolah atau dibuatkan PR nya tanpa dikasih tau caranya dan lain-lain. Prita pun menjelaskan esensi dari pendidikan PAUD adalah untuk mendidik anak supaya mandiri, berkembang dalam usianya. Artinya, setiap gerakan dalam kehidupan sehari-harinya biarkan anak merasakannya sendiri, seperti makan, minum, memakai pakaian, sepatu dan lain sebagainya. Anak masuk PAUD juga bertujuan untuk menumbuhkan karakter sosial dan pembelajaran awal menumbuhkan empaty terhadap sesamanya.
Prita juga menjelaskan sumber pendidikan dan pembangunan karakter anak bisa didapat dari tujuh poin sebagai berikut :

Kebiasaan, Pengasuhan dan Pembelajaran dari rumah, anak dapat mencerminkan kebiasaan yang dilakukan orangtua dan saudara-saudaranya di rumah. Contoh terkecil adalah, menyimpan tas sekolah, baju kotor pada tempatnya, ikut inisiatif membereskan rumah, menolong orangtua di dapur dan lain-lain. Ini akan terbawa sampai ke luar. Ke kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.

Pendidikan di sekolah, Pelajaran yang disampaikan, cara guru menyampaikan pelajaran kepada murid dan interaksi guru ke murid akan memengaruhi sikap anak didiknya.

Pemerintahan, Kebijakan-kebijakan yang ditentukan pemerintah sangat berpengaruh dalam membangun karakter bangsa. Juga pelaksanaannya. Katakanlah aturan-aturan berpakaian rapi untuk anak sekolah, tidak boleh merokok di kawasan publik atau lain-lainnya.

Empat poin lainnya dari masyarakat sipil, dunia politik, industri dan media massa.
Kesimpulannya, semua unsur dalam kehidupan masyarakat betapa sangat berpengaruhnya dalam membangun karakter anak. Terutama masalah komunikasi.

Berbicara masalah komunikasi, pada sesi 2 Lokakarya Nusantara Bertutur, ada materi cara penyampaian dongeng pada anak. Melalui dongeng, cukup efektif dalam menyampaikan nilai-nilai luhur pendahulu yang patut diteladani. Memilih dongeng untuk anak pun harus yang tepat. Tak asal berbau budaya, tapi isinya harus bisa dicerna dengan baik dan mudah oleh anak. Misalnya, dongeng legenda Sangkuriang dan Malinkundang masih belum cocok untuk disampaikan pada anak 0-6 tahun. Karena isinya masih bertema berat. Dongeng bisa berupa fabel (cerita binatang) atau tokoh-tokoh yang patut diteladani.



Sesi 2 diisi oleh narasumber kompeten dalam dunia pendidikan anak, mereka adalah Wahyu Farah Dina, SP. Med (Direktur Pengembangan SDM IHF dan Sekolah Karakter, Imelda Hutapea (Lead Trainer Lifelong Learners School Of Education) dan Farhan (Komunitas Indonesia Berkibar).
Imelda mengatakan bahwa cara mengajarkan sesuatu pada anak, harus mengetahui dulu kondisi penerimaan anak terhadap apa yang akan disampaikan. “Story Telling lebih efisien dalam menyampaikan pelajaran, bisa diselingi cerita inspiratif yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.” Ujarnya.

Imelda juga menambahkan bahwa stimulus terhadap telinga itu penting. Proses penerimaan materi pertama ditangkap oleh telinga. “Makanya harus mengadakan pembacaan cerita rutin untuk anak, jika penangkapan berbeda, bisa menggunakan metoda cerita pendek, panjang, menggunakan media cerita atau alat praga. Supaya mudah diterima anak.” Urainya.

Wahyu Farah Dina juga menambahkan, bahwa dengan membaca buku-buku yang familiar dengan kehidupan sehari-hari atau cerita aktivitas di rumah, dapat menimbulkan kosa kata baru bagi anak.
Dongeng yang telah disampaikan setelahnya dibahas dengan diskusi kecil, menjelaskan tokoh-tokohnya, misalnya yang baik patut dicontoh, yang jahat jangan ditiru. Sebelumnya, bisa langsung meminta pendapat anak terhadap karakter-karakter tokoh tersebut. Dengan demikian, kita bisa megukur sampai di mana pemahaman anak terhadap cerita tersebut. Jika anak tak paham dan tak memberi komentar, baru kita jelaskan sesuai porsi pemahamannya.

Farhan
Farhan dari Komunitas Indonesia Berkibar yang juga artis dan penyiar radio, sudah berpengalaman dalam dunia pendidikan anak, Farhan kerap diminta membimbing siswa-siswi SD baik untuk mendongeng atau menyampaikan suatu materi. Menurut Farhan, jangan sesekali kita memberikan pelajaran seolah-olah memberikan pekerjaan kepada anak. Dengan waktu yang lama dan harus duduk manis, serius dan tegang. “Sebaiknya anak merasa fun dalam menerima proses pembelajaran tersebut.” Kata Farhan.



Lokakarya ini sangat bermanfaat dan benar-benar memancing kita sebagai orangtua untuk terus menggali jati diri yang sesungguhnya, membangun karakter anak dengan nilai-nilai keteladanan dan meningkatkan komunikasi intens untuk menyampaikan berbagai pesan moral dan bekal untuk masa depannya. Pola bertutur sangat berpengaruh dalam daya tangkap anak. Jadi, bertuturlah dengan baik dan carilah bernagai sumber ilmu untuk diterapkan. Maka anak-anak pun akan mengikuti apa yang patut diteladani.


8 comments:

  1. Menjadi teladan bagi anak itu susah susah gampang...

    ReplyDelete
  2. jadi inget kata2 ini, guru digugu lan ditiru..
    belum kebayang nanti kalau sudh punya anak begimana hehe,makasih ya mbak ilmu barunya hehehe

    ReplyDelete
  3. Mendalami tulisan Mba Ani yang sangat informatif.
    Sy baru tahu ttg tujuan PAUD, Mba.
    Semoga kelak sy bisa menjadi ortu yg baik. Aamiin.

    ReplyDelete
  4. Dulu juga Marwah saya masukkan ke PAUD dulu untuk melatih kemandiriannya dan untuk bersosialisasi juga, makasih atas infonya mbak Ani

    ReplyDelete
  5. Bagus banget materinya, pgn punya project mendongeng nih sama anak2 :D

    ReplyDelete
  6. Karena sekolah pertama bagi anak adalah rumah dan gurunya, ibu :)

    ReplyDelete
  7. sayang banget aku gak ikutan ya teh padahal banyak yang bisa aku ambil dari seminar ini. Untungnya Teh ani menuliskan hasilnya nih. peran orang tua sangat besar ya dalam mendidik anak-anak

    ReplyDelete
  8. Terima kasih, sharingnya Mbak Ani :)

    ReplyDelete

@templatesyard