Film Laura & Marsha , Inspirasi Persahabatan Sejati - Dunia-Spasi

Tuesday 28 May 2013

Film Laura & Marsha , Inspirasi Persahabatan Sejati



Saya bersama  Laura dan  Marsha

 Sinopsis

Pembuka film yang menampilkan geliat kesibukan kantor pos yang memproses pengiriman kartu pos dari suami Laura yang jauh disana. Laura yang merupakan seorang pegawai Travel Agent disibukkan dengan pekerjaannya melayani para pelanggan. Kelelahannya terbayar setelah pulang ke rumah melihat keceriaan anaknya, Luna yang masih kecil. Hari-hari Laura diisi dengan perjuangan membesarkan anak semata wayangnya seorang diri. Karena suaminya lama menghilang sejak empat tahun lalu. Hanya memberi kabar via kartu pos dan memberi hadiah-hadiah untuk Luna. Tanpa pulang ke rumah.

Laura  (Prisia Nasution) bersahabat dengan Marsha (Adinia Wirasti) sejak SMA. Marsha seorang penulis traveller yang suka kebebasan dan selalu santai menjalani hidupnya. Ia berambisi ingin ke Eropa an mengajak Laura. Tetapi Laura sangat ragu memenuhi permintaannya. Karena merasa berat meninggalkan Luna. Walau hanya untuk dua minggu saja. Karena Laura ingin selalu dekat anak sejak ditinggalkan tidak jelas oleh suaminya. Tetapi Marsha memaksa dan memberi pengertian bahwa kesempatan hanya datang satu kali saja. Dan Marsha ke Eropa ingin mengenang dua tahun kepergian ibunya.

Setelah mempertimbangkan masak-masak akhirnya Laura setuju. Sesampainya di Eropa mereka agak kurang kompak. Marsha yang sibuk menikmati setiap detail keindahan dan keunikan yang ada di Amsterdam. Laura malah selalu sibuk dengan handphone-nya dan menghubungi rumah. Banyak pula hal tak sejalan yang terjadi selama di Eropa. Marsha yang lincah dan agak urakan serta santai menghadapi apapun. Bertolak belakang dengan Laura yang ingin melakukan perjalanan sesuai aturan yang biasa ia terapkan di travel agent tempatnya bekerja. Seperti penerapan undang-undang perjalanan dan etika dalam menggunakan waktu yang efisien. Terlambat bangun tidur dua jam saja Laura bisa marah gak ketulungan. 

Sikap Marsha yang selalu supel dan mudah bergaul dengan siapapun, termasuk orang asing. Membuat ia dengan mudahnya mengajak seorang pria Eropa bernama Finn yang hendak travelling juga menaiki mobil sewaan. Laura tentu saja keberatan tetapi mereka tetap berjalan bertiga walau muka Laura ditekuk sepanjang perjalanan. Saat Lauran dan Marsha lelah posisi menyetir diganti Finn ternyata arah kemudi yang dikendalikan Finn tak sesuai tujuan Laura dan Marsha. Akhirnya Finn tak diperkenankan ikut oleh Laura. Marsha hanya bisa pasrah dan serba salah. Karena merasa tidak enak sama Finn tetapi harus mengikuti kehendak Laura.

Diperjalanan berikutnya mobil sewaan mereka dihadang tiga orang lelaki jahir di sebuah taman hutan. Mereka berhasil lolos namun paspor handphone dan dompet mereka semua hilang. Terjatuh saat lari dikejar kawanan lelaki jahil tadi.

Kondisi perjalanan mereka tambah kacau dan tak mengasyikkan. Lalu Laura mengutarakan maksudnya ingin mampir ke Verona, alamat yang ada di kartu pos yang dikirim suaminya. Marsha merasa dirinya tak dihargai sebagai sahabat karena selama ini Laura tak pernah bilang kalau ke Eropa akan mampir ke tempat suaminya yang telah meninggalkannya. Marsha mengira Laura pergi ke Eropa memenuhi keinginannya murni untuk menemani ternyata ada maksud lain.

Pertengkaran memuncak dan mereka berpisah. Karena terdesak keadaan mereka bekerja di restoran  secara ilegal. Saat dikejar-kejar polisi imigrasi, mereka bersama-sama lagi melarikan diri dan istirahat disebuah tempat yaitu di Venice.

Salah satu adegan Laura dan Marsha di Verona Italy
Disebuah gedung itu mereka baru membuka hati masing-masing dan mereka menemukan titik terang tentang apa yang harus mereka perbuat. Semua kejadian yang tak disangka-sangka itu mereka jadikan hikmah dan pengalaman berharga. Lalu apakah tujuan Laura ingin mampir ke Verona untuk menemui suaminya terlaksana? Apakah akhirnya Laura bertemu suaminya yang selama ini telah meninggalkannya? Dan bagaimana akhirnya Marsha menyikapi terhadap kepercayaannya terhadap hal mistis sepeninggal ibunya? Apakah akan terus berlanjut memelihara cincin yang diyakini ada arwah ibunya? Mari kita tonton filmnya di seluruh bioskop mulai 30 Mei 2013 nanti.


Review

Menonton film karya Sutradara muda Dinna Jasanti lulusan University of Technology, Sidney ini , saya seolah ikut berpetualang bersama Laura dan Marsha ke Eropa. Traveling ke Amsterdam (Belanda), Bruhl (Jerman), Innsbruck (Austria) , Verona dan Venice (Italy). Pemandangan dan kebudayaan masyarakatnya dapat ternikmati. Apalagi Marsha sering berceloteh tentang sesuatu yang ditemuinya disana. Sehingga penonton bisa tahu segala yang dilihatnya walau belum pernah kesana.

Kedua pemain utama bermain sangat natural, lepas dan sangat menjiwai peran masing-masing. Prisia Nasution dan Adinia Wirasti yang sudah punya pengalaman baik dalam berakting sangat memukau penampilannya. 

Perjalanan dua sahabat ke Eropa menemukan sesuatu yang selama ini masih jadi pertanyaan dalam hidup mereka. Hal ini dapat menjadi inspirasi bagi siapapun yang menonton bahwa dalam liku-liku perjalanan hidup dalam sesuatu yang tak diharapkan selalu ada hikmah didalamnya.

Melihat karakter Laura yang sistematis dan teratur serta agak kaku dan karakter Marsha yang cinta kebebasan, santai dan agak urakan. Keduanya mempunyai nilai plus yang bisa dicontoh hal positifnya dalam setiap mengambil keputusan dalam hidup sesulit apapun. Ini pesan moral yang saya tangkap saat menonton film ini. 

Film ini tambah menarik karena ada soundtrack yang dimainkan musisi asal Indonesia yang tinggal di Jerman, yakni Diar atau nama lengkapnya Antonius Mashdiarto Wiryanto yang menciptakan lagu untuk film ini berjudul Summertime dan Ey Kawan. Penggarapan lagu inipun dilakukan di Eropa.

Menurut Produser Leni Lolang, hambatan yang terjadi saat shooting di Eropa lebih pada masalah makanan dan bahasa. Sebagai solusi kesana bekal Teri Kacang, Dendeng Balado, Rendang dan untuk nasi putih disana sangat kesulitan mencarinya, bisa nemu di Amsterdam. Itupun di rumah makan China. Sedangkan untuk bahasa, kebanyakan di Jerman dan Austria memakai bahasa bahasa daerahnya. Jadi jika berkomunikasi banyak menggunakan bahasa tubuh.
Untuk pemeran orang Eropa tak kesulitan untuk menginstruksikan dialog dan interaksi dengan pemain Indonesia, mereka bermain alamiah.

Untuk pemeran Marsha sudah sangat membantu untuk perlengkapan assesorries yang dipakainya. Karena Adinia Wirasti sudah terbiasa memakai pernak-pernik itu dalam kesehariannya. Leni mengatakan “Pemeran Laura dan  Marsha harus mendalami karakter masing-masing selama sebulan dalam kehidupan mereka sehari-hari, misalnya Adinia pemeran  Marsha harus membawa-bawa ransel kemana-mana. Sehingga dapat menjiwai penuh perannya.” 

Film Laura & Marsha diproduksi oleh Inno Maleo Films akan tayang diseluruh bioskop mulai Tanggal 30 Mei 2013. Untuk info lebih lanjut dapat mengakses www.lauramarsha.com FB Laura & Marsha dan Twitter @FilmLauraMarsha.

2 comments:

  1. pilem diputer ga boleh ambil gambar loh! :)

    ReplyDelete
  2. wah, jadi pengen nonton. terimakasih ya resensinya.. Salam kenal ^^,

    ReplyDelete

@templatesyard