Kreatif dan Inovatif di Indonesia Knowledge Forum V 2016 - Dunia-Spasi

Tuesday 18 October 2016

Kreatif dan Inovatif di Indonesia Knowledge Forum V 2016

Booth BCA di IKF V 2016

Indonesia Knowledge Forum V digelar di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta 6-7 Oktober 2016 mengusung Tema “Optimizing Knowledge and Creativity to Ride the Wave of New Generation in Accelerating Indonesia Economy” Acara ini rutin digelar sejak 2012 oleh BCA Learning Service yang menimbulkan animo tinggi setiap tahunnya.

Tema di atas sangat pas diangkat mengingat perekonomian Indonesia berbasis kreativitas dan pengetahuan sedang tumbuh pesat. Terutama generasi muda yang melek IT sudah saatnya memanfaatkan kesempatan mengembangkan bakatnya untuk menjadi start up atau bidang apa pun yang berkaitan dengan teknologi. Zaman sekarang kreativitas tanpa dukungan teknologi akan terasa kurang klop.

Generasi millennial (Lahir antara 1990-2000) dipercaya bisa membuat perubahan kemajuan bangsa dengan karya sesuai minat. Saya percaya, sebab segala fasilitas yang ada sekarang sangat mendukung dengan kebutuhan ekspresi dan aktualisasi masyarakat kekinian.

Misalnya, kalau ke mana pun pasti butuh wifi buat upload foto selfie, foto rame-rame atau foto makanan dan segala sesuatu yang ditemui. Dari hobi tak jarang mereka jadikan profesi, misalnya desain komunikasi visual yang banyak dipelajari secara otodidak.

Maka, BCA Learning Service memfasilitasi melalui acara IKF 2016 yang dibuka oleh Thomas Trikasih Lembong, Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dan dihadiri Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dan jajaran Direksi dan manajemennya.

Diharapkan usia produktif (15-35 thn) yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 40% dari total jumlah penduduk Indonesia bisa memperoleh banyak kesempatan dalam dunia kerja yang mandiri, kreatif dan inovatif. Maka, inspirasi dan ilmu dari IKF 2016 ini patut diserap. Khususnya bagi kawula muda.

Saya beruntung sekali, bisa hadir di acara ini. Walau hanya bisa  hadir di hari ke dua tapi saya mendapatkan banyak insight. Acara tersebut juga diwarnai hadirnya booth-booth start up dan perusahaan-perusahaan yang konsisten berbasis teknologi, kreativitas dan inovasi.

Sesi Leadership dari Pak Abdullah Azwar Anas
Saya mengikuti tiga kelas dari jam 9 pagi sampai jam 16. Kelas pertama, saya join di Leadership pembicaranya Abdullah Azwar Anas yang akrab dipanggil Pak Anas. Bupati Banyuwangi yang berhasil membuat Banyuwangi terkenal dan maju dalam segala bidang. Saya memang suka dengan tema leadership mengingat saya suka berorganisasi sejak sekolah. Melihat pencapaian-pencapaiannya yang diulas beberapa media besar membuat saya ingin tahu apa saja strateginya memimpin Banyuwangi.

Paparannya diulas dalam slide-slide presentasi yang detail dan fokus. Mulai pengelolaan birokrasi yang dibuat simpel, transparan dan pendekatan-pendekatan yang baik ke masyarakat. Satu hal yang menarik saya, Pak Anas tidak ingin membantu masyarakat memberikan pinjaman tunai karena tidak efektif. Beliau lebih mengedepankan perbankan yang maju dan berharap perbankan banyak membantu para pelaku UKM dan masyarakat yang produktif. Sehingga mendorong terciptanya lapangan pekerjaan dan produktivitas.

Selain itu, pola pikir masyarakat Banyuwangi diubah menjadi ramah terhadap pendatang karena konon dulunya terkenal rawan santet.

Sikap sinergi dan inovatif lebih ditekankan Pak Anas, buktinya pariwisata yang digarap dengan kolaborasi pembatik, desainer dan teknologi mampu mengangkat Batik Banyuwangi dalam fashion show yang megah dan membawa nama Banyuwangi ke kancah dunia. Sedangkan sikap inovasinya, terbukti dari membuat pembeda dari visi misi dan karyanya yang diusung. Jika kepala daerah lain banyak mengusung konsep smart city, Pak Anas lebih memilih Kampung Pintar. Katanya desa pun harus mendapat fokus layanan karena dari desa banyak sekali potensi yang bisa digali.

Pak Anas juga menekankan masyarakatnya untuk lebih cinta Indonesia, semua hal yang digarap dan diproduksi Banyuwangi mengusung bahan baku dan ciri khas lokal, termasuk dalam setiap jamuan mulai tingkat RT sampai Kecamatan, melarang menjamu tamu dengan buah impor. Ini sangat cinta Indonesia. Dan melarang mendirikan Mall serta minimarket. Alasannya karena UKM dan pedagang kecil di sana belum kuat perekonomiannya.

Tak heran jika Pak Anas memperoleh penghargaan-penghargaan tingkat nasional maupun internasional, salah satunya adalah gelar Indonesia Marketing Champion, Progressive Leader, dan Best Regional Achieversuntuk kategori Best Marketer Regent.

Banyak yang diungkapkan Pak Anas selama hampir satu jam. Tak cukup saya tuangkan di sini. Tapi saya sudah merekam cara-cara kepemimpinannya yang lebih dekat dengan rakyat, lebih cinta produk Indonesia dan begitu detail memerhatikan apa yang dibutuhkan masyarakat serta daerahnya. 

Beberapa hal juga berhasil saya garisbawahi, sebagai bekal memimpin organisasi yang saya ikuti. Kalaupun tidak menjadi pemimpin, bisa menjadi rakyat yang cerdas memberi kontribusi yang baik.

Dari kelas Leadership saya menuju kelas Inovasi dengan pembicara Gunawan Susanto, Presiden direktur PT IBM Indonesia yang memberikan pemikiran inovasi marketing disesuaikan dengan era millennial. Inovasi marketing via sosial media dengan pendekatan analytics di akun-akun sosial media akan diketahui tren dan minat masyarakat terhadap suatu produk. Selain itu.

Gunawan dari IBM Indonesia
Pak Gunawan juga menekankan bahwa dalam menciptakan inovasi marketing harus sesuai fakta. Data-data merupakan faktor penentu keputusan. Pesan Pak Gunawan, setiap kita menemukan ide, langsung ekeskusi karena moment itu sangat penting dalam kelanjutan mewujudkannya.

Anne Avantie
Sesi ke tiga saya mendapat banyak pencerahan dari Ibu Anne Avantie, pada Sesi Marketing. Ibu Anne yang tak mengenyam pendidikan tinggi bahkan tidak dapat membuat pola dan menjahit, tapi bisa menjadi desainer ternama dan karyanya populer serta banyak diminati konsumen dalam dan luar negeri.

Ibu Anne yang memperoleh penghargaan “Kartini Award” dari Ibu negara, berbagi kiat supaya karyanya langgeng dan tetap banyak peminat di era persaingan bebas. Kiatnya adalah tetap mempertahankan konsep lokal. Walau kebaya karya Ibu Anne sudah banyak dimodifikasi menjadi adibusana yang modern dan bisa dipakai dalam segala suasana, tapi ciri khas Indonesia menonjol sehingga ketika kebaya Ibu Anne ada di luar negeri, tetap tahu bahwa itu adalah kebaya Indonesia.

Dalam konsep kerja, hubungannya dengan karyawan maupun konsumen, Ibu Anne selalu menanamkan sikap kemanusiaan.

“Segala sesuatu yang saya temui jika ada kesulitan, dipecahkan bersama. Kalau ada kesalahan karyawannya dalam memotong bahan tidak sesuai pola, biasanya dianjurkan ditambal atau dimodifikasi lagi dengan bahan yang ada. Justru dari sinilah inovasi itu muncul. Dari salah potong dan tidak sesuai pola, malah jadi kebaya keren, banyak diminati dan banyak ditiru.” Kata Ibu Anne.

Jika ada konsumen yang tidak dapat memenuhi feedback yang sesuai atas jasanya, Ibu Anne lebih memilih tetap membantu dengan komunikasi yang baik. Dari sinilah karya-karyanya bisa bertahan dan tetap diminati.

Keluwesan Ibu Anne dalam bergaul pun berpengaruh terhadap kemajuan yang dialaminya. Ibu Anne mengimbangi keberhasilannya dengan berbagi.

“Dengan berbagi rezeki saya tidak berkurang dan tidak ada yang hilang. Jadi, jangan takut untuk berbagi.” Katanya.

Bahkan untuk karya besarnya, Ibu Anne tidak mematenkan. Karena menurutnya, keberkahan yang didapatnya ada hak orang lain di dalamnya. Jadi, setiap keberkahan yang dimilikinya ingin berdampak kepada orang banyak.

Puas saya denga tiga pembicara inspiratif ini. Rasanya belum cukup saya menyerap ilmu-ilmu yang dibagikan. Banyak sekali pertanyaan yang dingin disampaikan kepada tiga pembicara ini tapi waktunya sangat terbatas.

Clossing ceremony oleh Kementerian Pariwisata Indonesia, Bapak Arif Yahya

Jam 16.00 IKF V 2016 ditutup oleh Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI, dalam presentasinya, peraih penghargaan “Menteri Paling Inovatif 2016” dan “Tokoh Inspiratif BUMN” ini menargetkan 20 Juta wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sampai akhir 2019. Menurutnya, sektor pariwisata adalah cara termudah untuk menambah devisa negara.

Melalui branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, beserta program 10 pengembangan destinasi wisata Indonesia serta bebas visa kunjungan untuk 169 negara, Indonesia lebih mudah dikenal dan lebih akrab di telinga bangsa lain.

Pak Arief pun sangat mendukung IKF 2016 untuk selalu diadakan setiap tahunnya karena para generasi muda selalu membutuhkan ilmu dan wawasan baru di samping motivasi dari para tokoh inspiratif.

Kekenyangan dapat ilmu di IKF V 2016

Acara ini sangat bermanfaat, mudah-mudahan tahun depan ada lagi dan memunculkan pembicara-pembicara andal lainnya. Terima kasih BCA Learning Service atas fasilitasnya buat pengembangan wawasan dan kepribadian saya.


6 comments:

  1. Bagus mba, start up juga perlu dukungan, apalagi sekarang ini persaingan, segalamacam mulai ketat, inovasi bisnis mandiri sekarang ini jarang, beberapa pelajar lulus sekolah langsung mencari pekerjaan..

    ReplyDelete
  2. Ikut IKF ini rasanya ingin membelah diri supaya bisa gabung di semua kelas. Acara yg bagus dan berbobot.

    ReplyDelete
  3. Ehhhh, subarashii ya Ibu Anne. Saya tersentuh banget dengan kata-kata keberkahan atas sesuatu mungkin ada hak orang lain di dalamnya. She is really know how to work in a team tanpa mengecilkan peran orang lain. Hebat!!!!!!

    ReplyDelete
  4. Wah, akhirnya launching jugak tulisan ini..
    Kita gapernah sekelas ya mba.. pas Menteri Pariwisata, aku memutuskan pulang euy..
    Thanks buat sharingnya Mba, dapet ilmu baru dari tulisan ini tentang cara bisnis ibu Anne..
    kata seorang teman, berbisnis itu bukan B2B tapi H2H yaitu human to human. When we don't know how to treat people, we can't do a thing about business.. Katanya gitu

    ReplyDelete
  5. Wuih pembicaranya orang-orang keren semua. Banyak ilmu baru yang didapat. Kali-kali, pengen deh ikuta acara yang nambah wawasan banget seperti ini. Semoga ada kesempatan.

    ReplyDelete
  6. wah acaranya seru, beruntung banget bisa diundang dan hadir di acara tersebut :)

    Regards
    Budy | Travelling Addict
    www.travellingaddict.com

    ReplyDelete

@templatesyard