Suasana Diskusi |
Teknologi informasi
dalam era menjamurnya komunitas, sangat berperan penting dalam kemajuan dan
eksistensi komunitas itu sendiri. Bagaimana tidak? Dengan kemudahan fasilitas
internet semuanya menjadi cepat. Mengumpulkan massa pun menjadi lebih efektif
dari segi waktu, biaya maupun energi. Semua itu bisa dilakukan dengan bantuan
sosial media. Seperti email, Facebook, Twitter, BBM, WhatsApp dan lain sebagainya.
Kegiatan komunitas,
mulai dari mentoring, meeting online dan pendalaman materi serta pembagian
tugas dalam program yang dibuatnya, akan terasa mudah jika di blast dalam akun
sosial media. Caranya dengan membuat millis atau grup komunitas. Semua bisa
dilakukan dengan bantuan koneksi internet serta aplikasi-aplikasi pendukungnya.
Teknologi semakin
canggih, aplikasi semakin mobile,
komunitas sangat terbantu dalam kegiatan-kegiatannya untuk memperoleh referensi
atau informasi yang dibutuhkan. Seiring menjamurnya komunitas, aplikasi di
smartphone serta operator Telko pun semakin marak mengeluarkan berbagai
penawaran dengan trade “murah” tetapi
tak selalu sesuai dengan ekspektasi penggunanya. Misalnya, terlalu banyak customer
pain yang muncul sebagai akibat dari persaingan industri.
Contohnya, terlalu banyak hidden term & condition, paket2 yang seringkali tidak sesuai
dengan kebutuhan, jam kalong, tidak bisa menentukan paket sesuai pemakaian dan
kebutuhan, bahkan sebagian cost conscious
/cost sensitive customer ‘dipaksa’ berubah behavior karena paket2 promo
dari telco companies dan lain-lain.
Konsumen di Indonesia tidak mempunyai bargaining position maka, ketika complain kepada customer
service (CS) suatu operator telekomunikasi tertentu, tak mendapatkan
solusi. Karena jawaban CS sudah di setting
dan tak ada follow up. Akhirnya
konsumen jatuh pada optional, antara menerima saja layanan yang ada, atau mencari
lagi layanan lain yang dianggapnya lebih baik walau beda tipis.
Dalam kesempatan Community
Meet Up di PONG ME! Gunawarman Jakarta (22/12), beberapa komunitas, seperti
Komunitas Blogger, Lintas.Me, Komunitas
Handphone Gue dan Kurio mengadakan diskusi terbuka. Dimoderasi oleh Mas Yudho Hartono, membahas hal ini secara
spesifik. Forum diskusi ini, terkumpul dalam satu hashtag #RevolusiTelko.
Karena kami berharap ada perubahan secara frontal dari Industri Telekomunikasi dalam
menuju keberpihakan terhadap konsumen.
Kami semua bertukar pendapat dan pemikiran. Setiap yang
hadir diminta masukan, pendapat dan kebetulan yang hadir hanya belasan orang.
Karena ini undangan terbatas. Beruntung sekali saya bisa ikut acara ini. Terima
kasih banget buat Kak Zizy dan Mba Kiky yang udah kasih saya undangan ini.
Dari berbagai pendapat yang dikeluarkan, karena kami
rata-rata semuanya curhat colongan, maka
mengalir deraslah semua unek-unek kami pada saat itu. Ada yang terjebak dengan paket
murah, paket malam dan perubahan term
& condition di tengah paket sedang berjalan. Ada pula yang menjadi
korban pulsa hilang dengan tak jelas, ada juga yang sempat ngotot-ngtotan sama customer service karena tak mendapat
jawaban yang puas.
Melihat kondisi ini, sebaiknya semua pihak melakukan
evaluasi, baik Provider, Konsumen maupun pemerintah. Untuk menjalankan
perbaikan secara total memang seharusnya semua pihak bersama-sama melakukan
perbaikan dan dewasa dalam menggunakan fasilitas yang ada.
Ditinjau dari sisi Provider
: Tidak seharusnya melakukan hidden term
and condition , semuanya harus dilakukan transparan. Mudah diakses dan
diketahui, sehingga konsumen tidak perlu susah-susah mencari dan menghabiskan
waktu untuk mengetahui aturan tersebut. Kadang, ada provider yang memberlakukan
perubahan aturan di tengah paket yang sedang berlangsung. Ini sangat merugikan
konsumen tentunya. Jika ingin memberikan benefit, tak seharusnya memberlakukan
jam yang kurang wajar, misalnya midnight.
Dan setiap provider diharapkan mampu menjalin komunikasi dua arah dengan
konsumen. Tak hanya memberikan jawaban settingan di meja Customer Service saja.Lebih jauh dari itu, penyediaan infrastruktur
yang mumpuni dan pelayanan prima harus dikedepankan dalam meraup keuntungan.
Bukan dengan cara yang tak lazim, membodohi konsumen.
Sisi Konsumen : Konsumen
pun harus cerdas dan bisa membaca spesifikasi provider yang ditawarkan, jika
tidak pas, sebaiknya tak mengambil paket yang ditawarkan, jika ada tawaran
download game, stiker atau pembelian iring dengan pemotongan pulsa, jika tak
bersedia penawaran tersebut jangan di klik. Sebaiknya, konsumen pun menggunakan
fasilitas dari provider sesuai kebutuhan saja. Buat apa beli paket internet
rutin yang memasang budget sampai bagaikan pengeluaran kebutuhan primer. Jika
diperlukan untuk pekerjaan, bisa ambil sesuai kebutuhan, secukupnya saja. Tapi
jika untuk kesenangan semata, tak perlu sampai memaksa membeli paket sehingga
mengorbankan pengeluaran lainnya yang lebih penting.
Pemerintah dalam hal ini sebagai pengatur regulasi pusat bagi provider – provider selayaknya
ikut terlibat dalam membuat kebijakan yang fair
karena konsumen memerlukan fasilitas internet bukan hanya sebagai tujuan
kesenangan, ada banyak motif dan kebutuhan. Jika pemerintah ingin masyarakatnya
maju, kaya informasi dan mudah menerima manfaat dari layanan internet dengan
koneksi yang layak dan terjangkau, tentu harus mau urun rembuk dalam mencari
solusi agar semua pihak mendapatkan manfaat yang maksimal.
Usai diskusi foto bareng |
Diskusi ditutup dengan foto bersama dan networking.
Dari Provider : Syarat dan Ketentuan bisa berubah sewaktu waktu tanpa pemberitahuan *tepok jidat*
ReplyDeletetapi mau gimana lagi ....
paling sebel sama hideen term and condition,berasa kita dijebak gitu huhuhu
ReplyDeletesebagai konsumen juga harus erdas dalam memilih provider ya mbak
ReplyDeleteMenarik Bu, upaya untuk mencerdaskan konsumen. Perlu ditingkatkan lagi diskusi seperti ini agar disebarluaskan semua blogger biar pada tahu.
ReplyDeleteKhususnya agar blogger yang merupakan konsumen tidak kecele saat memilih provider.