Mengurus anak yang sepenuhnya
diserahkan pada ibu dan menganggap bahwa hal itu adalah otoritas ibu di rumah,
sudah menjadi paradigma yang dianggap biasa oleh kebanyakan masyarakat. Sudah
ter-setting otomatis bahwa peran
antara ibu dan ayah jelas terpisah dan terbagi sekat yang tak boleh dicampur
aduk. Sebenarnya ini tak disarankan terjadi.
Mengapa demikian? Walau ibu dan
ayah punya tugas masing-masing, dalam kondisi tertentu, keduanya dituntut
bekerjasama dan sebisa mungkin saling melengkapi satu sama lain. Dalam beberapa
kondisi, ada ayah yang mahir memandikan anak bayi, sementara ibu baby blues, di
lain sisi ada ayah yang suka memasak, kadang si ibu hanya pandai memasak yang
simpel saja. Atau di lain sisi si ibu malah jago membetulkan paralon atau atap
yang bocor dan si ayah kurang nyali atau tak ada waktu. Atau si ibu lebih jago
merakit barang elektronik dan servis sendiri di rumah karena punya skill di
bidangnya. Intinya tak perlu ada sekat. Selagi sanggup ya harus saling membahu,
agar pekerjaan rumah cepat selesai dan selalu ada solusi.
Keseruan di acara peluncuran Zwitsal Classic Baby Bath and Shampoo, salah satu ayah mencoba memandikan bayi |
Dalam hal mengurus anak, peran
ayah sangat diperlukan agar anak mempunyai kasih sayang yang lengkap dengan dua
cara berbeda. Terutama untuk bayi yang baru lahir. Sejak bayi lahir, ayah harus
dilibatkan dalam mengurusnya. Karena ada beberapa hal yang menunjang untuk
kebaikannya di masa depan. Seperti yang dijelaskan oleh Anne Gracia, Praktisi
Neurosains Terapan dalam acara Zwitsal “Suamiku, Ayah Luar Biasa” di Jakarta pada 19 Maret 2015, menurutnya pola asuh ayah yang tak terdapat pada ibu
diantaranya :
Frekuensi suara ayah yang rendah,
dibanding suara ibu yang cenderung melengking atau agak cempreng akan
menstimulasi sistem Auditori bayi. Bayi akan merasa tenang dan terlindungi
dengan suara tegas ayah yang cenderung rendah, menenangkan.
Teknik perabaan ayah cenderung
menekan, berbeda dibanding ibu yang hanya melakukan teknik sentuhan, hal ini
akan menstimulasi taktil bayi.
Bayi yang mendapatkan perawatan
dari ayahnya sejak masa kelahirannya akan tumbuh dengan kestabilan emosi yang
lebih baik, memiliki kepercayaan diri saat bergaul dengan lingkungannya, mereka
akan tumbuh dengan kemampuan sosial yang maksimal. Mereka akan tumbuh dengan
lebih sedikit masalah baik di rumah, sekolah atau lingkungannya. Hal ini
disebabkan oleh ciri khas ketegasan ayah yang memberi dampak tindakan logis
pada anak yang sejak bayi memperoleh perawatan dari ayah. Akan terbawa sampai
besar, ketika mengambil keputusan tepat dalam perilaku kehidupan
sehari-harinya.
Sikap ibu yang cenderung memakai
perasaan, kadang ketika anaknya salah, dengan dalih sayang, si ibu malah
menutupi kesalahannya. Sehingga anak tidak mendapat ketegasan sikap untuk
mengambil keputusan tepat. Kurang mandiri, karena selalu mengandalkan ibu yang
siap diandalkan. Bahkan ketika anak menginginkan sesuatu namun hal yang
diinginkannya tak begitu penting dan kurang fungsional, ibu cenderung
memberikannya tanpa ada pertimbangan bahwa apa yang diinginkan si anak
benar-benar bermanfaat atau tidak. Lain dengan sikap ayah yang lebih memberi
keputusan logis. Jadi, peran ayah penting untuk melengkapi peran ibu dalam
memberikan kasih sayang pada anak agar lebih sempurna.
Foto : Facebook Zwitsal Baby Corner |
Kesimpulannya, bayi yang sejak
0-6 bulan pertama mendapat perawatan dari ayah, terbukti memiliki perkembangan
motorik yang lebih baik. Sehingga akan terbentuk sikap bijak, logis dan
berbagai karakter yang bisa memberi anak sebuah idealisme yang seimbang antara
perasaan dan logika.
Salah satu momen untuk mewujudkan peran ayah dalam
merawat bayi, salah satunya dengan cara memandikan bayi. Ayah tak perlu takut,
jika belajar pelan-pelan, akan bisa memandikan bayi dengan benar, jika hal ini
dilakukan, bayi akan mendapatkan stimulasi tambahan dari ayah berupa taktil
(perabaan), vestibular (keseimbangan), proprioseptif (gerak antar sendi),
auditori (pendengaran) dan offactory (penciuman).
Mendukung peran ayah dalam
merawat bayinya, Zwitsal meluncurkan produk perawatan bayi , yakni Zwitsal Classic Baby Bath yang formula
nya lebih lembut karena mengandung ekstrak bunga chamomile. Sedangkan untuk Zwitsal Classic Baby Shampoo formula
nya tak pedih di mata dan mengandung canola oil yang melembutkan kulit kepala serta
teruji Hypo-Allergenic yang sesuai dengan kulit bayi. Zwitsal Classic Baby Powder pun memberi kelengkapan momen perawatan
seusai mandi.
Dengan tiga rangkaian Zwitsal
Classic Baby tersebut, momen mandi ceria dan harum terawat bersama ayah akan terasa
lebih menyenangkan. Manfaat tak hanya didapat bayi, ayah pun akan merasa
dirinya bermanfaat untuk anak dan merasa sangat dibutuhkan karena peran aktif
nya merawat bayi terbukti dilakukannya. Kedekatan emosional antara bayi dan ayah pun
terjalin. Serta ibu merasa terbantu dalam merawat bayi.
Ki-ka : Irgi Fahrezi (MC) Rika Sandi (Brand Manager Zwitsal) Dian Sastrowardoyo (Brand Ambassador Zwitsal) dan Ane Gracia (Praktisi Neurosains Terapan)
Dian Sastrowardoyo, Brand
Ambassador Zwitsal juga berbagi pengalaman, Ia menceritakan bahwa suaminya
kerap dilibatkan dalam merawat anaknya sejak lahir. Baik dengan memandikannya,
menggendong dan memijatnya. Bekerjasama dalam merawat anak, membuat Dian dan
keluarganya mendapat kehangatan dan rasa nyaman. Banyak lagi manfaat yang
didapatkannya. Bahkan suaminya merasa dihargai karena kerap dilibatkan dalam
merawat anak-anaknya.
Anne Gracia juga menambahkan, tak
perlu khawatir bagi single parent, sosok
ayah dapat digantikan oleh kakek, paman atau saudara laki-laki yang tinggal
serumah. Mereka juga bisa dilibatkan agar bayi mendapatkan tambahan motorik
yang maksimal. Jika tak ada yang tinggal serumah, saat berkunjung ke rumah
saudara atau orang tua, beri kesempatan kepada kakek, paman atau saudara
laki-laki tersebut untuk merawat, baik dengan cara dimandikan, dipijat atau
digendong.
Rika Sandi, Brand Manager Zwitsal
menyampaikan bahwa tiga rangkaian produk ini diluncurkan sebagai dukungan dalam
peran aktif orang tua, khususnya ayah dalam keterlibatan merawat bayi. Selain
itu, Zwitsal juga mensosialisasikan “Suamiku, Ayah luar biasa” sebagai bentuk
edukasi untuk para ayah dalam keterlibatannya merawat si kecil.
Foto : Facebook Zwitsal Baby Corner |
Tantangan ini dapat diikuti oleh semua orang tua
(blogger/non-blogger) Yuk ikutan! Siapa tahu jadi mahir memandikan bayi dan
mendapatkan hadiahnya.
Iya ya betul juga. Suara si ayah yang cenderung rendah, sert tehnik perabaan ayah bs menenangkan si kecil yah. Harus ada salah satu yg mengalah.
ReplyDeleteMakasih infonya teh Ani ^^
Aku jg lagi ikutan kontesnya..
Mudah2an si bapake Narend lulus tantangannya ^^
wah sayang masih belum lahir anaknya..kalo udah lahir mau juga ikutan lomba foto ini :)
ReplyDeletepengen ikut tantangannya tapi belom jadi ayah :)
ReplyDeletelagipula saya masih takut gendong bayi di bawah setahun, khawatir kecengklak gitu...
baru tahu,ternyata efeknya beda2 ya hehehe...
ReplyDeleteayah itu juga meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian anak jugaa lho mbaak... it happens to Naia soalnya :D
ReplyDeletebiasanya ayah baru suka ngeri gendong anaknya. Adik dan abang saya baru berani gendong anaknya setelah agak besar. hahahaha
ReplyDeleteAlvin kadang-kadang masih dimandiin bapaknya teh
ReplyDeletebetul sekali ayah juga harus ikut berperan dalam merawat dan melihat perkembangan anak .. itu wajib menurut saya :)
ReplyDeleteterima kasih infonya teh Ani :) berarti mau cari pacar (calon suami) yang berani gending bayi ahh :P
ReplyDeleteSemakin ke sini ayah2makin semakin pintar, ya. Memang masih banyak sih, ayah yang takut nggendong kalau anaknya masih bayi. Tapi sudah bisa berganti peran dalam hal lain.
ReplyDelete