Booth BCA di IKF V 2016 |
Indonesia
Knowledge Forum V digelar di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta 6-7 Oktober
2016 mengusung Tema “Optimizing Knowledge and Creativity to Ride the Wave of New Generation
in Accelerating Indonesia Economy” Acara ini rutin digelar sejak 2012
oleh BCA Learning Service yang
menimbulkan animo tinggi setiap tahunnya.
Tema
di atas sangat pas diangkat mengingat perekonomian Indonesia berbasis
kreativitas dan pengetahuan sedang tumbuh pesat. Terutama generasi muda yang
melek IT sudah saatnya memanfaatkan kesempatan mengembangkan bakatnya untuk
menjadi start up atau bidang apa pun yang berkaitan dengan teknologi. Zaman
sekarang kreativitas tanpa dukungan teknologi akan terasa kurang klop.
Generasi
millennial (Lahir antara 1990-2000) dipercaya bisa membuat perubahan kemajuan
bangsa dengan karya sesuai minat. Saya percaya, sebab segala fasilitas yang ada
sekarang sangat mendukung dengan kebutuhan ekspresi dan aktualisasi masyarakat
kekinian.
Misalnya,
kalau ke mana pun pasti butuh wifi buat upload
foto selfie, foto rame-rame atau foto
makanan dan segala sesuatu yang ditemui. Dari hobi tak jarang mereka jadikan
profesi, misalnya desain komunikasi visual yang banyak dipelajari secara
otodidak.
Maka,
BCA Learning Service memfasilitasi melalui acara IKF 2016 yang dibuka oleh
Thomas Trikasih Lembong, Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dan
dihadiri Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dan jajaran Direksi dan
manajemennya.
Diharapkan
usia produktif (15-35 thn) yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai
40% dari total jumlah penduduk Indonesia bisa memperoleh banyak kesempatan
dalam dunia kerja yang mandiri, kreatif dan inovatif. Maka, inspirasi dan ilmu
dari IKF 2016 ini patut diserap. Khususnya bagi kawula muda.
Saya
beruntung sekali, bisa hadir di acara ini. Walau hanya bisa hadir di hari ke dua tapi saya mendapatkan
banyak insight. Acara tersebut juga
diwarnai hadirnya booth-booth start
up dan perusahaan-perusahaan yang konsisten berbasis teknologi, kreativitas dan
inovasi.
Sesi Leadership dari Pak Abdullah Azwar Anas |
Saya
mengikuti tiga kelas dari jam 9 pagi sampai jam 16. Kelas pertama, saya join di
Leadership
pembicaranya Abdullah Azwar Anas yang akrab dipanggil Pak Anas. Bupati
Banyuwangi yang berhasil membuat Banyuwangi terkenal dan maju dalam segala
bidang. Saya memang suka dengan tema leadership
mengingat saya suka berorganisasi sejak sekolah. Melihat
pencapaian-pencapaiannya yang diulas beberapa media besar membuat saya ingin
tahu apa saja strateginya memimpin Banyuwangi.
Paparannya
diulas dalam slide-slide presentasi
yang detail dan fokus. Mulai pengelolaan birokrasi yang dibuat simpel,
transparan dan pendekatan-pendekatan yang baik ke masyarakat. Satu hal yang
menarik saya, Pak Anas tidak ingin membantu masyarakat memberikan pinjaman
tunai karena tidak efektif. Beliau lebih mengedepankan perbankan yang maju dan
berharap perbankan banyak membantu para pelaku UKM dan masyarakat yang
produktif. Sehingga mendorong terciptanya lapangan pekerjaan dan produktivitas.
Selain
itu, pola pikir masyarakat Banyuwangi diubah menjadi ramah terhadap pendatang
karena konon dulunya terkenal rawan santet.
Sikap
sinergi dan inovatif lebih ditekankan Pak Anas, buktinya pariwisata yang digarap
dengan kolaborasi pembatik, desainer dan teknologi mampu mengangkat Batik
Banyuwangi dalam fashion show yang
megah dan membawa nama Banyuwangi ke kancah dunia. Sedangkan sikap inovasinya,
terbukti dari membuat pembeda dari visi misi dan karyanya yang diusung. Jika
kepala daerah lain banyak mengusung konsep smart
city, Pak Anas lebih memilih Kampung
Pintar. Katanya desa pun harus mendapat fokus layanan karena dari desa
banyak sekali potensi yang bisa digali.
Pak
Anas juga menekankan masyarakatnya untuk lebih cinta Indonesia, semua hal yang
digarap dan diproduksi Banyuwangi mengusung bahan baku dan ciri khas lokal,
termasuk dalam setiap jamuan mulai tingkat RT sampai Kecamatan, melarang
menjamu tamu dengan buah impor. Ini sangat cinta Indonesia. Dan melarang
mendirikan Mall serta minimarket. Alasannya karena UKM dan pedagang kecil di
sana belum kuat perekonomiannya.
Tak
heran jika Pak Anas memperoleh penghargaan-penghargaan tingkat nasional maupun
internasional, salah satunya adalah gelar Indonesia Marketing Champion, Progressive
Leader, dan Best Regional
Achieversuntuk kategori Best
Marketer Regent.
Banyak yang diungkapkan Pak Anas selama hampir
satu jam. Tak cukup saya tuangkan di sini. Tapi saya sudah merekam cara-cara
kepemimpinannya yang lebih dekat dengan rakyat, lebih cinta produk Indonesia
dan begitu detail memerhatikan apa yang dibutuhkan masyarakat serta daerahnya.
Beberapa hal juga berhasil saya garisbawahi, sebagai bekal memimpin organisasi
yang saya ikuti. Kalaupun tidak menjadi pemimpin, bisa menjadi rakyat yang
cerdas memberi kontribusi yang baik.
Dari kelas Leadership
saya menuju kelas Inovasi dengan pembicara Gunawan Susanto, Presiden direktur
PT IBM Indonesia yang memberikan pemikiran inovasi marketing disesuaikan dengan
era millennial. Inovasi marketing via sosial media dengan pendekatan analytics
di akun-akun sosial media akan diketahui tren dan minat masyarakat terhadap
suatu produk. Selain itu.
Gunawan dari IBM Indonesia |
Pak Gunawan juga menekankan bahwa dalam
menciptakan inovasi marketing harus sesuai fakta. Data-data merupakan faktor
penentu keputusan. Pesan Pak Gunawan, setiap kita menemukan ide, langsung ekeskusi
karena moment itu sangat penting dalam kelanjutan mewujudkannya.
Anne Avantie |
Sesi ke tiga saya mendapat banyak pencerahan
dari Ibu Anne Avantie, pada Sesi Marketing.
Ibu Anne yang tak mengenyam pendidikan tinggi bahkan tidak dapat membuat pola
dan menjahit, tapi bisa menjadi desainer ternama dan karyanya populer serta
banyak diminati konsumen dalam dan luar negeri.
Ibu Anne yang memperoleh penghargaan “Kartini
Award” dari Ibu negara, berbagi kiat supaya karyanya langgeng dan tetap banyak
peminat di era persaingan bebas. Kiatnya adalah tetap mempertahankan konsep
lokal. Walau kebaya karya Ibu Anne sudah banyak dimodifikasi menjadi adibusana
yang modern dan bisa dipakai dalam segala suasana, tapi ciri khas Indonesia
menonjol sehingga ketika kebaya Ibu Anne ada di luar negeri, tetap tahu bahwa
itu adalah kebaya Indonesia.
Dalam konsep kerja, hubungannya dengan karyawan
maupun konsumen, Ibu Anne selalu menanamkan sikap kemanusiaan.
“Segala sesuatu yang saya temui jika ada
kesulitan, dipecahkan bersama. Kalau ada kesalahan karyawannya dalam memotong
bahan tidak sesuai pola, biasanya dianjurkan ditambal atau dimodifikasi lagi
dengan bahan yang ada. Justru dari sinilah inovasi itu muncul. Dari salah
potong dan tidak sesuai pola, malah jadi kebaya keren, banyak diminati dan
banyak ditiru.” Kata Ibu Anne.
Jika ada konsumen yang tidak dapat memenuhi feedback yang sesuai atas jasanya, Ibu
Anne lebih memilih tetap membantu dengan komunikasi yang baik. Dari sinilah
karya-karyanya bisa bertahan dan tetap diminati.
Keluwesan Ibu Anne dalam bergaul pun
berpengaruh terhadap kemajuan yang dialaminya. Ibu Anne mengimbangi
keberhasilannya dengan berbagi.
“Dengan berbagi rezeki saya tidak berkurang dan
tidak ada yang hilang. Jadi, jangan takut untuk berbagi.” Katanya.
Bahkan untuk karya besarnya, Ibu Anne tidak
mematenkan. Karena menurutnya, keberkahan yang didapatnya ada hak orang lain di
dalamnya. Jadi, setiap keberkahan yang dimilikinya ingin berdampak kepada orang
banyak.
Puas saya denga tiga pembicara inspiratif ini.
Rasanya belum cukup saya menyerap ilmu-ilmu yang dibagikan. Banyak sekali
pertanyaan yang dingin disampaikan kepada tiga pembicara ini tapi waktunya
sangat terbatas.
Clossing ceremony oleh Kementerian Pariwisata Indonesia, Bapak Arif Yahya |
Jam 16.00 IKF V 2016 ditutup oleh Arief Yahya,
Menteri Pariwisata RI, dalam presentasinya, peraih penghargaan “Menteri Paling
Inovatif 2016” dan “Tokoh Inspiratif BUMN” ini menargetkan 20 Juta wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia sampai akhir 2019. Menurutnya, sektor
pariwisata adalah cara termudah untuk menambah devisa negara.
Melalui branding Wonderful Indonesia dan Pesona
Indonesia, beserta program 10 pengembangan destinasi wisata Indonesia serta
bebas visa kunjungan untuk 169 negara, Indonesia lebih mudah dikenal dan lebih
akrab di telinga bangsa lain.
Pak Arief pun sangat mendukung IKF 2016 untuk
selalu diadakan setiap tahunnya karena para generasi muda selalu membutuhkan
ilmu dan wawasan baru di samping motivasi dari para tokoh inspiratif.
Acara ini sangat bermanfaat, mudah-mudahan
tahun depan ada lagi dan memunculkan pembicara-pembicara andal lainnya. Terima
kasih BCA Learning Service atas
fasilitasnya buat pengembangan wawasan dan kepribadian saya.
Bagus mba, start up juga perlu dukungan, apalagi sekarang ini persaingan, segalamacam mulai ketat, inovasi bisnis mandiri sekarang ini jarang, beberapa pelajar lulus sekolah langsung mencari pekerjaan..
ReplyDeleteIkut IKF ini rasanya ingin membelah diri supaya bisa gabung di semua kelas. Acara yg bagus dan berbobot.
ReplyDeleteEhhhh, subarashii ya Ibu Anne. Saya tersentuh banget dengan kata-kata keberkahan atas sesuatu mungkin ada hak orang lain di dalamnya. She is really know how to work in a team tanpa mengecilkan peran orang lain. Hebat!!!!!!
ReplyDeleteWah, akhirnya launching jugak tulisan ini..
ReplyDeleteKita gapernah sekelas ya mba.. pas Menteri Pariwisata, aku memutuskan pulang euy..
Thanks buat sharingnya Mba, dapet ilmu baru dari tulisan ini tentang cara bisnis ibu Anne..
kata seorang teman, berbisnis itu bukan B2B tapi H2H yaitu human to human. When we don't know how to treat people, we can't do a thing about business.. Katanya gitu
Wuih pembicaranya orang-orang keren semua. Banyak ilmu baru yang didapat. Kali-kali, pengen deh ikuta acara yang nambah wawasan banget seperti ini. Semoga ada kesempatan.
ReplyDeletewah acaranya seru, beruntung banget bisa diundang dan hadir di acara tersebut :)
ReplyDeleteRegards
Budy | Travelling Addict
www.travellingaddict.com