Saluran cerna atau Digestion
secara konvensional adalah organ dengan fungsi utama untuk proses penyerapan
nutrisi. Berarti masuknya semua sumber zat makanan yang berkualitas dan
berpengaruh terhadap kondisi tubuh manusia adalah pengaruh dari fungsi
pencernaan di dalam tubuh. Sebagai pintu masuk semua makanan yang diserap
nutrisinya dan disalurkan ke seluruh tubuh. Jika pencernaan sehat, nutrisi akan
terserap dengan baik. Jika kurang sehat tentu saja menyebabkan penyakit.
Berlaku untuk manusia
dewasa maupun si kecil. Sistem pencernaan pada setiap usia tentu saja berbeda
kinerjanya. Untuk si kecil, diperlukan perhatian khusus apa lagi pada periode awal
kehidupan.
Perhatian khusus yang
harus dilakukan terhadap saluran cerna, karena saluran cerna si kecil belum
matang dan posisi sel-sel pada saluran cerna posisinya masih renggang sehingga
kuman dan zat-zat yang menimbulkan gangguan pada kesehatan mudah masuk ke dalam
tubuhnya. Karena imun yang belum matang ini, maka fokus untuk pemberian nutrisi
agar pencernaan si kecil sehat, salah satunya dengan memberi nutrisi dari ASI
eksklusif dan pemberian makanan bernutrisi baik.
Asupan untuk si kecil
pun harus memenuhi formula yang pas dan aman dikonsumsi, seperti yang ada pada
produk Enfagrow A+ Gentle Care, susu pertumbuhan
untuk anak usia 1-3 tahun, dengan teknologi PHP yang diproduksi di Belanda
sehingga memiliki protein halus yang mudah dicerna untuk perutnya yang peka.
Diperkaya dengan nutrisi penting seperti Omega 3 dan 6, Kalsium, Zat Besi, Asam
Folat, Vitamin B1, B6 dan B12.
Sehingga
gangguan-gangguan pencernaan dapat diminimalisir karena mengonsumsi sesuatu
yang pada porsinya secara tepat.
Penyebab gangguan
kesehatan akibat saluran cerna yang kurang berfungsi dengan baik adalah diare
dan konstipasi. Di Indonesia sekitar 30% anak memiliki saluran cerna yang
rentan dan sensitif, mudah diare. Sekitar 15-17% pada anak di bawah usia 5
tahun anak mengalami kematian akibat diare. Diare merupakan penyebab kematian
anak nomor dua.
Diare adalah kondisi
anak yang buang air besar (BAB) cair lebih dari tiga kali sehari yang
disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan jamur atau karena alergi dan
intoleran makanan. Maka, harus diperhatikan makanan yang diberikan kepada si
kecil, apakah sudah cocok atau belum? Selain itu, komposisi gizi yang diberikan
harus sesuai kebutuhan pada tingkat usia bayi dan anak. Jangan memberikan
makanan yang belum waktunya diberikan. Pola makan pun harus teratur dan tidak
sembarangan. Kebersihan harus sangat dijaga. Selain itu, imunisasi sangat
diperlukan untuk mengatasi kekebalan tubuhnya dalam mencegah diare.
Jika anak kena diare,
hal-hal berikut ini yang sebaiknya dilakukan:
- Rehidrasi Oralit
- Tetap memberikan ASI pada bayi
- Pemberian makanan mengandung Zinc
- Pemberian Antibiotika selektif
Sedangkan konstipasi adalah
kondisi BAB anak dengan tinja keras dan frekuensi kurang dari dua kali dalam
seminggu. Konstipasi kronis dialami oleh 12% anak di Indonesia. Gejala
konstipasi diantaranya punya riwayat susah buang air besar sampai nyeri,
menahan tinja, teraba tinja keras pada rektum dan tinja keras sampai menyumbat
toilet.
Untuk mencegah konstipasi,
diperlukan cukup cairan dan serat. Cairan bisa berupa ASI dan air putih
sedangkan serat bisa dari sayuran dan buah-buahan yang bervariasi.
Hubungannya dengan
sistem pencernaan anak dengan awal kehidupan berpengaruh sekali, karena jika
sistem pencernaan si kecil terganggu, otomatis perjalanan nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh mengalami hambatan untuk menyebarkan nutrisinya. Selain pencernaan
terinfeksi juga kesulitan menyerap dan mencerna nutrisi yang masuk ke dalam
tubuh.
Pada masa ini,
pemberian nutrisi yang tepat sangat disarankan, jika anak masih bayi, berarti
ibu yang menyusui harus mengonsumsi makanan bernutrisi dengan berbagai variasi.
Terutama serat yang berguna untuk menjaga konsistensi tinja, pergerakan usus,
dan meningkatkan produksi SCFA (Short
chain fatty acid) sebagai sumber nutrisi sel usus besar dan stimulasi
pertumbuhan mikroflora baik sehingga melindungi dari infeksi.
Gangguan pencernaan ini
juga akan berakibat anak rewel karena susah tidur, menjadi gelisah dan akhirnya
menimbulkan gangguan penyakit lainnya.
Buat para orang tua
yang ingin mendeteksi kesehatan saluran cerna Ananda melalui proses Buang Air
Besar (BAB), ini ada tiga langkah deteksi dari referensi Lippincott Williams
& Wilkins J. Ped. Gastrol.Nut.2006;43;el-13, Department of Health and
Welfare Taiwan 2015 dan Lewis SJ & Heaton KW, Gastroenterol 1997;32;920-4.
Jadi, buat Moms and Dads sebaiknya banyak menyerap
ilmu dan berita dari berbagai sumber agar kesehatan si kecil bisa diikuti
perkembangannya dengan saran para pakar di bidangnya. Tak harus selalu datang
ke ahli gizi jika tak sempat. Buka saja situs-situs bermanfaat yang mudah
diakses. Jika Moms and Dads ingin
mengetahui info lebih lanjut tentang gangguan pencernaan, bisa langsung
mengakses http://www.enfa.co.id/articles/digestion-center
dan jika ingin mengetahui kondisi pencernaan si kecil, bisa mencoba tes di Wikipoop
Jangan sepelekan
masalah pencernaan karena dari pencernaan lah awalnya terbentuk fisik, otak dan
mental anak melalui asupan nutrisi.
Jadi, memperoleh
informasi tentang berbagai gangguan pencernaan pada si kecil, tak cukup
bertanya pada orang tua atau saudara karena seringnya dikait-kaitkan pada mitos
yang belum tentu kebenarannya. Jika kita punya paket internet atau sering beli
majalah kesehatan, carilah artikel yang berhubungan dengan apa yang kita
butuhkan.
Sekali lagi, enfa.co.id sudah sangat membantu para orang tua maupun
masyarakat umum Indonesia untuk mengakses secara mudah situs kesehatan yang
berisi berbagai tips untuk kesehatan si kecil. Yuk kita sama-sama mengedukasi
agar generasi penerus kita sehat semua.
Salfa juga pernah konstipasi. Pas lagi traveling pula, aduh rasanya ga karu-karuan karena dia jd rewel.
ReplyDeleteInfonya bermanfaat nih Mbak
Thx infonya teh,,
ReplyDeleteAnakku Shakila punya masalah pencernaan nih BAB ga rutin kadang harus pakai microlax biar BAB.
Alhamdulillah, karena bekerja di Unicef sejak 1967, kemudian melahirkan 1969 dan setelah itu lahir anak-anak 2, 3, 4, 5 semuanya memiliki kartu kelengkapan vaksinasi dari WHO (World Health Organization), anak2 tumbuh sehat. Alhamdulilla juga anak-anak bunda semua fokus pada keteraturan vaksinasi untuk cucu-cucu bunda. Nice posting, Ani. I love your blog post.
ReplyDeleteDimas juga sering banget kena masalah pencernaan teh. TFS teh
ReplyDeleteKata ibuku dulu pas bayi sampai balita aku sering konstipasi. Meski sekarang udah normal...mungkin itu mempengaruhi kenapa aku jadi susah gemuk sekarang. Kayak kurang gizi...duuh duuh
ReplyDeleteJangan menyepelekan pencernaan, bahaya, soalnya nutrisi terserap dari sana, apalagi kena konstipasi dll
ReplyDeleteAlhamdulillah mbak kalau disaya mah belum pernah ngalamin jadi aman aman saja.
ReplyDeleteBener banget sebagai orang tua dituntut untuk terus belajar dan menimba semua informasi tentang tumbuh kembang anak, biar ngga ketat ketir jika terjadi sesuatu.
ReplyDeletedulu pas anak2 masih kecil, yang paling sering terjadi adalah perut kembung dan konstipasi juga teh. untung sekarang udah banyak sumber informasi yang bisa ngebantu para mama ya teh..
ReplyDeleteJadi orang tua yang baik memang tidak ada sekolahnya ya teh. Meskipun begitu harus terus menerus belajar dari manapun sumbernya. Salam sungkem untuk para orang tua.
ReplyDeleteKakak M juga waktu kecil sering konstipasi, apalagi kalau asupan seratnya kurang. Jadi, kalau makan yang namanya sayur itu wajib ada. Kalau ga, kasian. Sekarang mencari informasi yang valid ga susah lagi ya.
ReplyDelete