Si Kecil Tumbuh Sempurna Karena Pencernaan Yang Sehat - Dunia-Spasi

Friday, 26 August 2016

Si Kecil Tumbuh Sempurna Karena Pencernaan Yang Sehat

Saluran cerna atau Digestion secara konvensional adalah organ dengan fungsi utama untuk proses penyerapan nutrisi. Berarti masuknya semua sumber zat makanan yang berkualitas dan berpengaruh terhadap kondisi tubuh manusia adalah pengaruh dari fungsi pencernaan di dalam tubuh. Sebagai pintu masuk semua makanan yang diserap nutrisinya dan disalurkan ke seluruh tubuh. Jika pencernaan sehat, nutrisi akan terserap dengan baik. Jika kurang sehat tentu saja menyebabkan penyakit.

Berlaku untuk manusia dewasa maupun si kecil. Sistem pencernaan pada setiap usia tentu saja berbeda kinerjanya. Untuk si kecil, diperlukan perhatian khusus apa lagi pada periode awal kehidupan.

Perhatian khusus yang harus dilakukan terhadap saluran cerna, karena saluran cerna si kecil belum matang dan posisi sel-sel pada saluran cerna posisinya masih renggang sehingga kuman dan zat-zat yang menimbulkan gangguan pada kesehatan mudah masuk ke dalam tubuhnya. Karena imun yang belum matang ini, maka fokus untuk pemberian nutrisi agar pencernaan si kecil sehat, salah satunya dengan memberi nutrisi dari ASI eksklusif dan pemberian makanan bernutrisi baik.

Asupan untuk si kecil pun harus memenuhi formula yang pas dan aman dikonsumsi, seperti yang ada pada produk Enfagrow A+ Gentle Care, susu pertumbuhan untuk anak usia 1-3 tahun, dengan teknologi PHP yang diproduksi di Belanda sehingga memiliki protein halus yang mudah dicerna untuk perutnya yang peka. Diperkaya dengan nutrisi penting seperti Omega 3 dan 6, Kalsium, Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B1, B6 dan B12.

Sehingga gangguan-gangguan pencernaan dapat diminimalisir karena mengonsumsi sesuatu yang pada porsinya secara tepat.

Penyebab gangguan kesehatan akibat saluran cerna yang kurang berfungsi dengan baik adalah diare dan konstipasi. Di Indonesia sekitar 30% anak memiliki saluran cerna yang rentan dan sensitif, mudah diare. Sekitar 15-17% pada anak di bawah usia 5 tahun anak mengalami kematian akibat diare. Diare merupakan penyebab kematian anak nomor dua.

Diare adalah kondisi anak yang buang air besar (BAB) cair lebih dari tiga kali sehari yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan jamur atau karena alergi dan intoleran makanan. Maka, harus diperhatikan makanan yang diberikan kepada si kecil, apakah sudah cocok atau belum? Selain itu, komposisi gizi yang diberikan harus sesuai kebutuhan pada tingkat usia bayi dan anak. Jangan memberikan makanan yang belum waktunya diberikan. Pola makan pun harus teratur dan tidak sembarangan. Kebersihan harus sangat dijaga. Selain itu, imunisasi sangat diperlukan untuk mengatasi kekebalan tubuhnya dalam mencegah diare.

Jika anak kena diare, hal-hal berikut ini yang sebaiknya dilakukan:
  1. Rehidrasi Oralit
  2. Tetap memberikan ASI pada bayi
  3. Pemberian makanan mengandung Zinc
  4. Pemberian Antibiotika selektif

Sedangkan konstipasi adalah kondisi BAB anak dengan tinja keras dan frekuensi kurang dari dua kali dalam seminggu. Konstipasi kronis dialami oleh 12% anak di Indonesia. Gejala konstipasi diantaranya punya riwayat susah buang air besar sampai nyeri, menahan tinja, teraba tinja keras pada rektum dan tinja keras sampai menyumbat toilet.

Untuk mencegah konstipasi, diperlukan cukup cairan dan serat. Cairan bisa berupa ASI dan air putih sedangkan serat bisa dari sayuran dan buah-buahan yang bervariasi.

Hubungannya dengan sistem pencernaan anak dengan awal kehidupan berpengaruh sekali, karena jika sistem pencernaan si kecil terganggu, otomatis perjalanan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh mengalami hambatan untuk menyebarkan nutrisinya. Selain pencernaan terinfeksi juga kesulitan menyerap dan mencerna nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.

Pada masa ini, pemberian nutrisi yang tepat sangat disarankan, jika anak masih bayi, berarti ibu yang menyusui harus mengonsumsi makanan bernutrisi dengan berbagai variasi. Terutama serat yang berguna untuk menjaga konsistensi tinja, pergerakan usus, dan meningkatkan produksi SCFA (Short chain fatty acid) sebagai sumber nutrisi sel usus besar dan stimulasi pertumbuhan mikroflora baik sehingga melindungi dari infeksi.

Gangguan pencernaan ini juga akan berakibat anak rewel karena susah tidur, menjadi gelisah dan akhirnya menimbulkan gangguan penyakit lainnya.

Buat para orang tua yang ingin mendeteksi kesehatan saluran cerna Ananda melalui proses Buang Air Besar (BAB), ini ada tiga langkah deteksi dari referensi Lippincott Williams & Wilkins J. Ped. Gastrol.Nut.2006;43;el-13, Department of Health and Welfare Taiwan 2015 dan Lewis SJ & Heaton KW, Gastroenterol 1997;32;920-4.

Jadi, buat Moms and Dads sebaiknya banyak menyerap ilmu dan berita dari berbagai sumber agar kesehatan si kecil bisa diikuti perkembangannya dengan saran para pakar di bidangnya. Tak harus selalu datang ke ahli gizi jika tak sempat. Buka saja situs-situs bermanfaat yang mudah diakses. Jika Moms and Dads ingin mengetahui info lebih lanjut tentang gangguan pencernaan, bisa langsung mengakses http://www.enfa.co.id/articles/digestion-center dan jika ingin mengetahui kondisi pencernaan si kecil, bisa mencoba tes di Wikipoop  

Jangan sepelekan masalah pencernaan karena dari pencernaan lah awalnya terbentuk fisik, otak dan mental anak melalui asupan nutrisi.

Jadi, memperoleh informasi tentang berbagai gangguan pencernaan pada si kecil, tak cukup bertanya pada orang tua atau saudara karena seringnya dikait-kaitkan pada mitos yang belum tentu kebenarannya. Jika kita punya paket internet atau sering beli majalah kesehatan, carilah artikel yang berhubungan dengan apa yang kita butuhkan. 

Sekali lagi, enfa.co.id sudah sangat membantu para orang tua maupun masyarakat umum Indonesia untuk mengakses secara mudah situs kesehatan yang berisi berbagai tips untuk kesehatan si kecil. Yuk kita sama-sama mengedukasi agar generasi penerus kita sehat semua.


11 comments:

  1. Salfa juga pernah konstipasi. Pas lagi traveling pula, aduh rasanya ga karu-karuan karena dia jd rewel.
    Infonya bermanfaat nih Mbak

    ReplyDelete
  2. Thx infonya teh,,
    Anakku Shakila punya masalah pencernaan nih BAB ga rutin kadang harus pakai microlax biar BAB.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, karena bekerja di Unicef sejak 1967, kemudian melahirkan 1969 dan setelah itu lahir anak-anak 2, 3, 4, 5 semuanya memiliki kartu kelengkapan vaksinasi dari WHO (World Health Organization), anak2 tumbuh sehat. Alhamdulilla juga anak-anak bunda semua fokus pada keteraturan vaksinasi untuk cucu-cucu bunda. Nice posting, Ani. I love your blog post.

    ReplyDelete
  4. Dimas juga sering banget kena masalah pencernaan teh. TFS teh

    ReplyDelete
  5. Kata ibuku dulu pas bayi sampai balita aku sering konstipasi. Meski sekarang udah normal...mungkin itu mempengaruhi kenapa aku jadi susah gemuk sekarang. Kayak kurang gizi...duuh duuh

    ReplyDelete
  6. Jangan menyepelekan pencernaan, bahaya, soalnya nutrisi terserap dari sana, apalagi kena konstipasi dll

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah mbak kalau disaya mah belum pernah ngalamin jadi aman aman saja.

    ReplyDelete
  8. Bener banget sebagai orang tua dituntut untuk terus belajar dan menimba semua informasi tentang tumbuh kembang anak, biar ngga ketat ketir jika terjadi sesuatu.

    ReplyDelete
  9. dulu pas anak2 masih kecil, yang paling sering terjadi adalah perut kembung dan konstipasi juga teh. untung sekarang udah banyak sumber informasi yang bisa ngebantu para mama ya teh..

    ReplyDelete
  10. Jadi orang tua yang baik memang tidak ada sekolahnya ya teh. Meskipun begitu harus terus menerus belajar dari manapun sumbernya. Salam sungkem untuk para orang tua.

    ReplyDelete
  11. Kakak M juga waktu kecil sering konstipasi, apalagi kalau asupan seratnya kurang. Jadi, kalau makan yang namanya sayur itu wajib ada. Kalau ga, kasian. Sekarang mencari informasi yang valid ga susah lagi ya.

    ReplyDelete

@templatesyard