Saya penyuka buah, bahkan bangun
tidur pagi pun saya bisa langsung buka kulkas dan nyari buah, rasanya segar dan
bikin melek mata. Sudah kebiasaan sejak kecil, jadi tidak sakit perut walau makan buah pagi hari. Kalau tanpa buah rasanya loyo, buah apa saja, saya suka, termasuk kecapi dan kokosan yang sudah
jarang ditemui.
Sedikit ulasan saya tentang buah
lokal, selain yang biasa dikenal, seperti Jeruk Garut, Jeruk Pontianak, Markisa
Medan, Rambutan Rapiah Aceh, Salak Bali dan Buah Merah dari Papua. Saya ingin
bercerita sedikit tentang buah-buahan lokal yang jarang ada di pasaran tapi
saya pernah memakannya. Saat kecil, saya suka diajak Nenek jalan-jalan ke
kampung saudara, tempatnya di Desa Plered, tak jauh dari Purwakarta Jawa Barat.
Di sana, sering disuguhi, bahkan dibawakan bekal buah kecapi, kokosan dan
manggis. Buah kecapi, bentuknya bulat, warna kulit krem dan buahnya ada di
dalam bentuknya seperti manggis, Cuma daging buahnya sedikit, bijinya besar.
Rasanya cukup manis kalau matang, makannya dikulum sama bijinya, kalau sudah
tak ada rasanya, bijinya dibuang. Kalau Kokosan, buahnya mirip dukuh / langsat,
kulitnya lebih tebal dari dukuh dan daging buahnya hampir sama seperti dukuh
tapi agak masam dan banyak getahnya dari kulitnya ketika dibuka. Saya suka
sekali sama buah-buahan ini, sayang sekali sekarang jarang sekali bahkan tak
pernah menemui lagi buah-buahan ini.
Terbersit keinginan untuk
menyicipi buah-buahan impor, Apel, Mangga, Jeruk dan Buah Lemon di supermarket,
tampilannya begitu mengilap dan ranum. Setelah ditimbang-timbang, harga satu
kilo buah impor itu bisa buat beli lima kilo buah lokal, akhirnya saya taruh
lagi buah impor tersebut ke tempatnya. Walau masih kepikiran dan ingin mencoba,
saya tahan diri saja. Akhirnya saya di Supermarket hanya membeli kebutuhan
bulanan lainnya, untuk beli buah, saya putuskan membeli di kaki lima saja,
banyak buah ranum lokal yang murah meriah, dapatnya banyak pula.
Mengobati rasa ‘mupeng’ saya yang tadi, akhirnya saya browsing cari tahu tentang si buah
berpenampilan aduhai di supermarket. Ternyata pilihan saya untuk memilih buah
lokal adalah tepat, saya selamat! Mengapa? Karena disinyalir, banyak buah impor
yang disuntikkan pengawet atau dilapisi lilin agar terlihat segar, mulai dari
perjalanan dari negara asalnya sampai dipajang supermarket-supermarket. Saya pun
bisa membayangkan buah impor itu dari negara-negara yang membutuhkan proses
panjang dari mulai panen, pengepakan dan perjalanan ke negara tujuan ekspor.
Tak mungkin itu buah tak diberi sesuatu supaya tetap segar, secara alami,
buah-buahan apalagi yang sudah mengkal atau matang, tak akan bertahan lama.
Lega saya, pilihan saya sudah tepat, saya dan keluarga terlindungi dari bahan-bahan
kimia yang terkandung dalam buah impor tersebut.
Selain pertimbangan diatas, saya
juga merasakan bahwa kualitas buah lokal sangat original rasanya, karena ditanam di tanah Indonesia yang subur,
gembur dan cocok dengan kondisi cuacanya. Wangi dan rasanya sangat familiar dan
aromanya segar. Contohnya, Jeruk Garut yang kulitnya agak kasar dan tebal
berwarna hijau tua, buahnya sangat manis dan wanginya khas. Jeruk Pontianak
manis, ada juga yang asam manis segar, warnanya bervariasi, hijau dan kuning.
Selain itu, ada juga Salak Pondoh yang wangi dan manis, bisa dibuat kripik atau
manisan. Ini sudah kaya, menurut saya.
Guava Crystal, Foto : Sunpride.co.id |
Ada lagi, buah lokal yang saya
suka, yakni Jambu Batu atau Jambu Biji, Pohon Jambu Biji ada di
depan rumah saya, bisa dimakan langsung atau dirujak atau dibuat manisan. Tapi,
sesekali saya juga ingin merasakan Jambu Batu yang dikenal sebagai Jambu Klutuk
/ Jambu Siki ini yang lebih istimewa, saya mencoba Jambu Biji (GUAVA CRYSTAL).
Nilai Jambu Biji : Kalori Energi 112 - 1 Mangkok Guava 165g % angka
kecukupan gizi Potasium 688 mg 20% - Karbohidrat
24 g 8% - Serat Pangan 9 g 36% - Gula 15 g - Protein 4 g - Total Lemak 2 g -
Vitamin A - 21% Vitamin E - 6% Vitamin C - 628% Magnesium - 9% Mangan - 12%
Tembaga - 19% Zat Besi - 2% Fosfor - 7% Folat - 20% Kalsium - 3%
Guava Crystal / Jambu Biji ini
mengandung Vitamin C dan antioksidan tinggi, bermanfaat mencegah kanker dan
kaya serat. Jambu biji juga berkhasiat membantu menyembuhkan diare. Untuk
kecantikan kulit, kandungan likopen pada jambu biji muda bisa melindungi kulit
dari Ultra Violet.
Guava Crystal juga bisa dibuat
aneka penganan, mulai dari dimakan langsung setelah dicuci bersih, dibuat
manisan, rujak, jus atau cake.
Jadi, yang membuat saya jatuh
cinta pada buah lokal, selain faktor kemananan konsumsinya, juga soal rasa yang
jauh lebih nikmat dan harganya terjangkau, jika ada kualitas tinggi dengan
harga terjangkau, mengapa musti cari-cari yang mahal dengan membeli buah impor?
Buah-buahan lokal juga membuat saya ingat keluarga besar, Jeruk Garut yang
sering dikonsumsi saat makan bersama keluarga dan Buah Kecapi serta Kokosan
yang selalu mengingatkan saya pada Nenek yang telah tiada. Saya punya keyakinan
kalau buah lokal ini vitamin dan kandungan gizi nya tak kalah dengan buah
impor.
Aku juga suka guava crystal mbaa..... *nyum ;-)
ReplyDeleteBisa dibuat Cake juga lho Mba elain Juice :D
DeleteJambu batu enak, dulu sering bikin rujak bebek pake jambu batu doank bareng almh nenek :)
ReplyDeleteHikssss iya, inget Opung
DeleteNgerujak bebek jambu batu pakai asam jawa, yum yummm
pertama makan jambu kristal waktu ada teman datang dari bogor. Rasanya manis seger, enaklah.. :)
ReplyDeleteRenyah2 manis gitu ya, Mak :D
ReplyDeleteAq suka jambu klutuk ini..suka dihadiahin nenek stiap minggu klo berkunjung k rumahnya..memori bgt kak
ReplyDeleteSama Dek, buah ini sangat memorable buatku :D
Delete"bahkan bangun tidur pagi pun saya bisa langsung buka kulkas dan nyari buah, rasanya segar dan bikin melek mata"
ReplyDeletewkwkwkwkkw
kalo saya malah bangun tidur masih tidur-tiduran, terus gegoleran di kasur, sejam kemudian baru mandi.
boro-boro makan buah segala :)
hi hi hi
Hahahaha......itu sudah habit Mas Huda....
DeleteMaklum Fruitaholic *halah bahasa apa ini, kosa kata baru wkwkkwkw
jambunya buat rujak mbak, hihi, enak banget
ReplyDeleteiyaa, enak banget buat rujak. biasa makan jambu biji juga dikasih bumbu rujak gini, hehe. lebih maknyoss yaa rasanya :D
DeleteYuk yuk ngerujak rame2 :D
DeleteSemua buah aku suka teteh ^_^
ReplyDeleteSaya juga suka semua Teh, terutama Jeruk Garut sama Jambu Batu :D
DeleteAku suka dibawain guava crystal ini sama mertua kalau habis mudik, ada pohonnya kayaknya :))
ReplyDeleteLinda udah nikah? Gak ngabar2i ih :D
DeleteWah asyik ya kalo ada pohon nya bisa sepuasnya makan ....
kalau aku lebih suka makal langsung teh itu juga yang ngupasin suami :-D kalau di jus juga tinggal minum aja
ReplyDeleteWihhh istri manja nih Lidya :)
DeleteTeteh, di kampung saya masih ada kokosan sama menteng, kecapi jarang, karena pasarnya hanya hari selasa dan jumat saja... gak setiap hari itu saya ke pasarnya....
ReplyDeletemasih banyak huni, asam kranji, dan lobi-lobi....
Teh Okti kalo ke Jkt bawain Huni atuh....ih enak banget itu dirujak :D
DeleteDuh jadi inget halaman rumah mertua yang ada pohon alpukat, rambutan binjai sama pohon sirsak. Sayang tinggal cerita, udah pindah tangan soalnya ...
ReplyDeleteDi Cileungsi masih ada mba kecapi, yg jual udah tua banget. Sekantong plastik besar cuma 5000...malah kalo beli 2, ditambahin heheh..Tapi sekarang kayaknya udah ga ngeliat bapaknya lagi..;(
ReplyDeleteAku suka aku suka...diapain saja jambu biji itu gemesin...pingin dimakan langsung
ReplyDeleteSeandainya bisa, pingiiin tiap hari teh, makan buah!
ReplyDelete