Bersama Mahasiswa dan Blogger |
Kamis, 19 mei 2016 – Lima
Blogger dan lima belas Mahasiswa mengikuti acara Liputan6.com melalui
#CJEduTrip ke Kantor Pertamina dan TBBM (Terminal Bahan Bakar Minyak) di Plumpang
Tanjung Priok dan Jampea. Kami mengenal lebih dekat Pertamina dengan sangat
obyektif.
Gedung tinggi
bertuliskan PERTAMINA di kawasan Jalan Merdeka Timur terasa dekat di hati,
sejak kecil saya sering mendengar Pertamina dari orang tua saya. Mereka sering
berbincang tentang perusahaan ini dengan tamu yang ke rumah atau bersama
saudara-saudara. Sekarang saya ada di dalam gedung perusahaan yang sering
dibincangkan banyak orang ini.
Pertamina, perusahaan
minyak dan gas lahir pada 1957 tadinya merupakan BUMN dan beralih menjadi
PT.Pertamina (Persero) dan pada Tahun 2005/2006 logo Pertamina dari gambar Kuda
laut menjadi bentuk dengan tiga warna hijau, biru dan merah yang
merepresentasikan perusahaan yang menunjukkan kedinamisan serta ramah
lingkungan.
Setelah dewasa, saya
semakin penasaran dengan Pertamina ini, selalu headline dalam berita dan semua
pejabatnya menjadi sorotan juga menjadi pusat perhatian dalam segala gerak
geriknya. Pasti akan begitu, mengingat Pertamina adalah perusahaan yang menjadi
jantung perekonomian bangsa. Jika harga BBM naik, semua harga akan ikut naik.
Jika turun, yang lainnya tak akan ikut turun. Masyarakat akan menilai negatif
terhadap Pertamina akibat keadaan tersebut. Termasuk saya.
Kalau selama ini saya
bisanya hanya menggerutu, saat BBM naik, dan hanya mambaca berita-berita di
media secara sepintas lalu, tanpa verifikasi atau menggali lebih dalam sebab
akibat terjadinya kenaikan BBM, kali ini tidak subyektif. Saya sudah berkunjung
langsung ke Pertamina dan mendengar sendiri penjelasan obyektif dari pihak
Pertamina tentang Visi Misi, keadaan persediaan BBM negara saat ini, Kondisi
dan perilaku masyarakat yang tak hemat BBM dan lain sebagainya.
Jika selama ini saya
tahunya Pertamina itu hanya katanya dan katanya dan berita media, sekarang saya
lebih paham mengapa BBM harus naik, saya jadi lebih paham mengapa kekayaan
minyak dan gas Indonesia yang digembor-gemborkan melimpah ruah tapi dianggap
ironis padahal kenyataannya bukan ironis atau miris. Selengkapnya yuk kita
simak hasil diskusi bersama Bapak Ifki Sukarya, Manager External
Communication Pertamina.
Bapak Ifki Sukarya |
Di dalam pemaparan ini, Pak Ifki menjelaskan bahwa persediaan BBM di
Indonesia semakin tahun semakin berkurang karena tak seimbang dengan jumlah
penduduk Indonesia yang kian meningkat. Kebutuhan BBM semakin banyak diperlukan
mengingat masyarakat semakin mampu membeli kendaraan pribadi untuk mendukung
aktivitasnya sehari-hari. Kalau zaman dulu, penduduk Indonesia masih sedikit,
persediaan BBM yang melimpah ruah itu pasti menjadi sumber kemakmuran. Dan
mengapa sekarang harus impor? Kebutuhan BBM kan tidak bisa ditunda? Mobilitas
bisa terhenti, maka impor pun terjadi agar kebutuhan masyarakat tetap
terpenuhi.
Tetapi Pertamina tetap mempunyai prioritas dalam melayani masyarakatnya.
Dengan mengedepankan kualitas produknya, sumber daya manusianya dan
infrastrukturnya.
Maka, Pertamina mempunyai strategi untuk meningkatkan kinerjanya dengan
Lima Strategi berikut ini:
Pengembangan Sektor Hulu yang terdiri dari 6 Proyek Prioritas Hulu
sebagai berikut:
1. Banyu Urip Development Target: Produksi minyak mentah 165.000 BOPD.
2. Donggi Senoro LNG Plant Target: Monetasi gas area Matindok 85 MMSCFD & Senoro 250 MMSCFD.
3. Matindok Gas Development Target: Monetasi gas area Matindok 105 MMSCFD
4. WMO POD Integrasi-1 Target: Monetasi temuan cadangan migas di WMO (West Madura Offshore).
5. Senoro Gas Development Target: Monetasi Gas Senoro 310 MMSCFD & 11.000 BCPD kondensat.
6. Ulubedu unit 3 & 4 Target: Pengembangan potensi geotermal Lampung 2x55 MW
Dalam target ini, Pertamina juga mempunyai target produksi panas bumi (Setara Listrik) 907 MW dengan nilain investasi 2,5 miliar dollar AS hingga 2019 untuk pengembangan proyek geotermal.
2. Donggi Senoro LNG Plant Target: Monetasi gas area Matindok 85 MMSCFD & Senoro 250 MMSCFD.
3. Matindok Gas Development Target: Monetasi gas area Matindok 105 MMSCFD
4. WMO POD Integrasi-1 Target: Monetasi temuan cadangan migas di WMO (West Madura Offshore).
5. Senoro Gas Development Target: Monetasi Gas Senoro 310 MMSCFD & 11.000 BCPD kondensat.
6. Ulubedu unit 3 & 4 Target: Pengembangan potensi geotermal Lampung 2x55 MW
Dalam target ini, Pertamina juga mempunyai target produksi panas bumi (Setara Listrik) 907 MW dengan nilain investasi 2,5 miliar dollar AS hingga 2019 untuk pengembangan proyek geotermal.
Untuk pengembangan sektor hulu juga Pertamina berusaha mengakuisisi sebagian besar posisi-posisi strategis di perusahaan-perusahaan minyak dunia dengan cara mengirimkan sumber daya manusia andalan untuk memimpin di sana. Ini bagannya:
Kekuatan Indonesia, mengirimkan Simber Daya Manusia andalan ke perusahaan minyak di luar negeri untuk memimpin |
Peningkatan Kapasitas Kilang
Dalam upaya peningkatan kapasitas Kilang ini, Pertamina meningkatkan
bernagai unsur, mulai dari penyerapan sumber daya manusia yang lebih banyak.
Dalam hal ini, Pertamina melakukan sistem TPPI Terintegrasi dengan menyerap 700
Tenaga Kerja, Produksi Premium 61 ribu barel/hari, Produksi HOMC 10 ribu
barel/hari dan Produksi LPG 480 MT/hari.
Target Pengembangan EBT 2019
Untuk meminimalisir impor, Pertamina pun gencar melakukan inovasi dan
solusi dengan mengoptimalkan produksi energi listrik dari sumber terbarukan.
Target Energi Listrik dari EBT 2019 adalah 1.13 GW dengan Geothermal 907 MW,
Mini & Micro Hydro 45 MW, Energi Biomassa 50 MW, Energi Surya 60 MW, Energi
Angin 60 MW dan Energi Laut 3 MW.
Sedangkan Produksi Biofuel Untuk Bahan Bakar dari Sumber Terbarukan
mempunyai target Produksi Biofuel 2019 1.28 Juta KL/Tahun dengan memproduksi
Green Diesel 0.58 Juta KL/Tahun, Co Processing Green Diesel 0.14 Juta KL/Tahun,
BIO Ethanol 76000 KL/Tahun, BIO Avtur 257.000 KL/Tahun dan BIO LNG Plant 10
Ton/Hari.
Untuk produksi Biofuel, tentu saja taraf hidup dan kesejahteraan para
petani jarak dan bahan-bahan baku lainnya harus benar-benar diperhatikan dan
harus adil dalam bertransaksi. Jangan sampai petani mendapatkan nilai jual
produknya sangat rendah. Agar petani semangat membudidayakan tanaman untuk
bahan baku Biofuel tersebut. Jadi, sektor pertanian untuk membudidayakan hal
ini pun sangat penting agar perputaran produksi berjalan lancar.
Hadirkan BBM Untuk Nusantara
Pertamina juga memeratakan pendistribusian BBM ke seluruh pelosok
Nusantara dengan berbagai upaya maksimal. Bahkan sampai daerah-daerah terpencil
sekali pun. Dengan menerapkan Pola Distribusi BBM sesuai dengan karakter
geografis di setiap wilayah dari Sumatera sampai Papua.
Infrastruktur BBM
Untuk mencapai pemerataan penyebaran BBM tersebut, tentu memerlukan
infrastruktur yang memadai, maka infrastruktur BBM ditingkatkan mulai dari
penyediaan Kapal Tanker berjumlah 273 Unit, Kilang 7 Unit, Terminal BBM
sebanyak 111 Unit, 6.865 Unit Retail Outlet, 64 Unit DPPU (Aviasi) dan 2.856
Unit Mobil Tangki.
Selama ini, sering dibanding-bandingkan antara harga BBM di Malaysia,
Arab Saudi dan Indonesia. Harga BBM di Indonesia lebih mahal dan malah harus
impor, karena apa? Secara logika, banyak yang tidak realistis memandang kondisi
masing-masing negara. Ini fakta dan datanya:
Malaysia : 2 daratan besar berpenghuni 31 Juta penduduk, Populasi kendaraan roda
<4 ~ 11 Juta Unit, Kendaraan roda 2 ~5,4 Juta unit dan Konsumsi terhadap
produksi minyak 1,09X dan bersubsidi (gasoline)
Arab Saudi : 1 daratan besar berpenghuni 28.8 Juta penduduk, Populasi kendaraan
roda <4 ~ 9.7 Juta Unit, Kendaraan roda 2 ~N.A Juta unit dan Konsumsi
terhadap produksi minyak 0.3X dan bersubsidi (gasoline)
Indonesia : 2.342 Pulau berpenghuni 259 Juta penduduk, Populasi kendaraan roda
<4 ~ 20 Juta Unit, Kendaraan roda 2 ~55,3 Juta unit dan Konsumsi terhadap
produksi minyak ~2X dan Non Subsidi (gasoline)
Jadi, sudah jelas sekali ya, kalau perbandingannya demikian,
permasalahan Indonesia sangat kompleks dengan jumlah penduduk yang selisihnya
jauh dengan dua negara tersebut.
Ibu Susilawati dan rekan-rekan menyambut kami di TBBM Plumpang |
Touring ke TBBM (Terminal Bahan Bakar Minyak) Plumpang
Setelah menyimak paparan dari Pak Ifki Sukarya, kami melanjutkan
rangkaian acara dengan mengunjungi TBBM Plumpang di Jakarta
Utara. TBBM ini mempunyai luas 48,352 Ha, terluas di Asia Tenggara dan melayani SPBU seluruh Jabodetabek,
Banten dan Sukabumi. Sebelum masuk ke lokasi TBBM, kami berbincang dulu bersama
Ibu Susilawati, Senior Officer Media Relations Downstream di ruang
meeting agar lebih paham dengan lokasi yang akan dikunjungi tersebut.
Dijelaskan oleh Pak Ahadian Mahardika dan Ibu Susi, bahwa TBBM Plumpang
berfungsi sebagai tempat penerimaan BBM dari Kilang Balongan, Pusat penimbunan
dan Penyebaran ke SPBU. Di sana ada 25 Tangki besar untuk menimbun persediaan
BBM. Melayani lebih kurang 800 SPBU di Jabodetabek, Banten dan sebagian Jawa
Barat.
TBBM Plumpang merupakan Obyek Vital Nasional yang harus dijaga. Tidak
semua orang bisa masuk ke kawasan ini. Harus steril bahkan handphone pun tak
boleh dibawa. Bahkan petugas yang membawa truk berisi BBM tersebut kesehatannya
dicek dulu sebelum bekerja setiap harinya. Barang yang dibawa pun harus steril.
Mba Intan, PR Pertamina Lubricant |
FOTO CR By Liputan6dotcom
Acara dilanjutkan mengunjungi Pabrik Oli milik Pertamina, yakni Pertamina Lubricant di sana kami
berkunjung dan melihat sendiri bagaimana Oli atau pelumas diproses dari bahan
baku sampai jadi terus di-packing semuanya
begitu steril dan teruji di laboratorium milik sendiri yang terletak di kawasan
yang sama. Produk-produk unggulan seperti Brand Enduro, Fastron dan lain-lain
lahir di sana dan senang sekali saya bisa menyaksikan langsung proses
produksinya. Untuk bahasan ini, akan saya ulas secara terpisah di artikel
berikutnya.
Berkat acara ini, saya jadi lebih paham dan semakin ingin mempelajari
segala sesuatu berdasarkan verifikasi, survei dan observasi. Beropini itu tidak
mudah, harus paham betul dengan semua hal yang terjadi di lapangan berdasarkan
fakta dan data.
Seperti paradigma masyarakat selama ini, hanya bisa menghakimi tentang kondisi BBM, seharusnya masyarakat ikut berpartisipasi dalam mencari solusinya, salah satu solusinya yaitu hemat dalam menggunakan BBM dan sebaiknya banyak gunakan transportasi publik. Selain itu, berbagai pihak yang berlepentingan pun sebaiknya mengajak masyarakat terlibat dalam kegiatan Pertamina, seperti #CJEduTrip ini lebih luas lagi, agar masyarakat lebih paham dan dapat berpikir obyekttif.
Jika terbangun komunikasi dan transfer ilmu berjalan, siapa tahu ada solusi dan ide brilian dari masyarakat luas dan semua tergerak untuk menyiapkan sumber daya manusia andal agar Pertamina lebih maju dan lebih banyak lagi inovasinya.
Bojonegoro salah satu penyumbang aset negara berupa migas terbesar di Asia Tenggara dari blok Cepu kawasan Banyuurip
ReplyDeleteMantapppp :)
DeleteSangat bermanfaat artikelnya bisa mengetahui tentang pertamina melalui blog ini yang selalu memberikan energi positif untuk orang lain.
ReplyDeleteTerima kasih Ridwan :)
DeleteInformatif teh ani
ReplyDeleteTerima kasih, semoga bermanfaat ya Mas Hatta :)
Delete