Foto : Doc Pribadi |
“Karakter
dapat menentukan nasib seseorang, karena karakter berawal dari pikiran, perkataan
dan kebiasaan, setelah itu berlanjut ke pembentukan karakter.”
Ruth Maureen membuka sesi talkshow
bertajuk Morning Tea di Sekolah Cita Persada 8/9 dengan bahasan
“Mengajarkan Karakter Pada Anak.” Dihadiri oleh beberapa orangtua murid dan
Blogger.
Foto : Facebook Cita Persada |
Menurut Maureen,
membangun karakter pada anak bisa dimulai dari kehidupan sehari-hari yang biasa
dialami. Misalnya, ketika mengantre di fasilitas publik, antre di restoran
cepat saji, sebuah contoh yang tak baik ketika orang tua mengajarkan anaknya
untuk menyela antrean dengan dalih anak-anak pasti didahulukan. “Ini bahaya, karena anak akan merekam semua
yang diajarkan orangtua nya sampai ia dewasa. Jadi, hati-hatilah dalam
menerapkan kebiasaan atau melontarkan perkataan di depan anak.” Kata
Maureen.
Mengajarkan karakter
yang baik juga bisa dimulai dengan melatih mengendalikan diri dalam lingkungan
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Ini adalah tantangan terbesar bagi para
orang tua.
Kepala sekolah Cita
Persada ini juga mengemukakan bahwa ketika anak gagal, orangtua harus
mendukungnya dengan dorongan moral yang kuat. Anak harus diajarkan bersikap
sportif dan menghargai proses. Sehingga dalam setiap kegagalan anak diharapkan
memetik hikmah dan bangkit semangat kembali. Juga tidak menjadikan kegagalan
sebagai suatu hal yang harus diratapi dengan kekecewaan mendalam. Jika anak
merasakan kecewa, akan berpengaruh terhadap psikologisnya.
“Melatih
kedisiplinan pada anak akan berpengaruh pada pembangunan karakternya, misalnya
ketika anak dipanggil oleh orangtua nya, ajarkan supaya langsung merespon
walaupun pada saat asyik bermain. Minimal harus menyahut.” Ujar
perempuan lulusan University of Colorado USA ini. Dalam hal lain, melatih
kedisiplinan juga bisa dalam berbagai kegiatan, misalnya bermusik, olah raga
dan lain-lain. Ajarkan anak untuk mengikuti kegiatan dengan konsisten dan
komitmen penuh. Tidak setengah-setengah. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat
memahami tanggung jawabnya terhadap keinginannya.
Saat anak mengadu
kepada orangtua, sebaiknya ditelusuri dulu akar permasalahannya, bukan langsung
emosi atau langsung protes kepada yang diadukan. Karena, jika ini terjadi, anak
akan meniru sikap orangtua nya. Anak jadi merasa ada yang membela walaupun
salah. Ini sangat tidak baik karena anak jadi tidak bertanggung jawab dan kurang
memahami teguran orang lain yang sebenarnya bisa saja baik bagi dirinya. Jadi,
ini pun merupakan bagian dari pembangunan karakter. Upayanya adalah ajarkan
anak untuk merespon positif teguran orang lain. Tidak selalu ditanggapi emosi,
agresif dan sikap suka mengadu.
Anak perlu diberikan
pemahaman self control orangtua dapat
memberikan pengaruhnya ketika anak berprestasi dan melakukan hal baik, berikan
pujian dan beri penekanan terhadap hal yang harus diperbaiki. Anak juga dapat
diberitahu saatnya interupsi dalam pembicaraan dengan orang lain. Sikap
pengendalian diri ini dapat berpengaruh pada kehidupan anak di masa mendatang
saat terjun ke masyarakat.
Buat pengaruh yang baik
terhadap anak dalam setiap perkataan dan tindakan. Pengaruh bisa datang dari
mana saja, termasuk dari keluarga inti, kakek, nenek, paman, bibi dan lain-lain.
Jadi, sebagai orangtua juga harus selalu mengecek perubahan-perubahan yang
dialami oleh anaknya selama tinggal dengan anggota keluarga lain.
Kebersamaan bersama
anak dapat dimanfaatkan untuk membangun karakter anak, misalnya saat pagi hari
ketika sarapan, siang ketika bermain dan belajar dan pada malam hari menjelang
tidur, bisa dibacakan dongeng-dongeng yang menginspirasi anak.
Anak tak perlu dimanja
berlebihan, jika anak diberikan kesenangan semata tanpa mempertimbangkan
pembangunan karakternya, hal ini dapat menjatuhkan anak. Bukan kebahagiaan yang
didapat tetapi malah kerusakan karakter.
Menurut Maureen, jangan
sekali-kali orangtua membandingkan anak dengan teman-temannya. Karena anak itu
unik dan punya kepribadian berbeda, fokus saja terhadap diri dan potensi anak
sendiri. Bangun karakternya dengan baik. Karena orangtua di rumah adalah role model utama bagi anak daripada
sekolahan yang hanya beberapa jam saja.
Kesimpulannya,
mengajarkan karakter pada anak bisa dimulai dari kegiatan yang dilakukan
sehari-hari bersama keluarga, melatih kedisiplinan, memupuk jiwa sosial dan
sikap pengendalian diri yang kuat. Jika hal ini sudah ditanamkan sejak dini,
anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi berkualitas.
Selesai Morning Tea Break bersama Ruth Maureen,
kami berkeliling melihat-lihat sekolahan Cita Persada yang hommy dan asri. Terlihat anak-anak lalu lalang, anak TK yang lucu
dan interaktif dengan kami membuat gemas dan kagum karena mereka semua full
berbahasa Inggris dengan baik. Sekolah Cita Persada memakai konsep full English
dalam kegiatan belajar mengajarnya. Kecuali untuk kelas lima ke atas sudah
diperbanyak Bahasa Indonesia nya karena sebagai persiapan Ujian Nasional.
Bangunan yang terletak
di Jalan Cinere Raya No.3 Depok ini, berlantai 3, lantai 1 untuk TK dan lantai
2 untuk SD dan SMP. Di lantai 2 ada perpustakaan, ruang musik, klinik dan
Laboratorium Komputer yang ditata dengan unik dan terasa seperti di rumah
sendiri. Sehingga proses belajar untuk anak-anaknya terasa menyenangkan. Klinik
menyediakan pemeriksaan kesehatan gratis bagi para siswa nya terutama pemeriksaan
gigi secara rutin.
Locker pun berjejer
rapi di samping kelas masing-masing. Di luar ruangan sebelah kantin, ada taman
bermain yang luas dalam hamparan rumput hijau. Juga kolam renang khusus di
pojok dengan payung pepohonan rindang.
Bangunan Sekolah Cita Persada, Foto by Haya Aliya Zaki |
Ruang Kelas |
Klinik Sekolah |
Ruang Komputer |
Ruang Musik |
Tempat bermain |
Kolam Renang Sekolah Cita Persada |
Taman Bermain yang luas |
Saya dan rekan Blogger usai menghadiri talkshow |
Sekolah Cita Persada
mempunyai misi menyediakan pendidikan berkualitas bagi anak-anak di mana pun
berada dengan menghargai setiap perbedaan dan mengutamakan kesetaraan dalam
memberikan pendidikan berkualitas.
Waduuh, ini yang jadi tugas berat emak-emak.. secara "membangun karakter itu kan musti seimbang antar bapa sama ibu" menyatukan dua watak orang tua terhadap pendidikan anak. Kita sebagai ortu musti pinter-pinter nyambangi perasaan anak.. -eh, curcol jadinya. hehehehe
ReplyDeleteTeh Ani, baca tulisan Teh Ani, saya jadi introspeksi, ini PR banget buat saya yang baru jadi orang tua, kadang dalam mendidik anak masih suka tersulut emosi.. hihihi.. Sekolah Cita Persada ini luas banget ya Teh dan keren, kebayang anak saya bisa lari-lari ke sana ke mari.
ReplyDeleteebuset, sekolahan sd aja ada kolam renangnya :)
ReplyDeletesoal antre, ini yang jadi masalah buat kita -maksudnya semua, pan saya belom punya anak-
saya sering liat orang tua yang nyuruh anaknya buat nyelak
emang sih alesannya jelas, tapi dari kecil udah -tanpa sengaja- diajarin kayak gitu, bahaya pas nanti udah besarnya...
Taman bermainnya masih "asli" rerumputan hijau, pelajaran untuk calon orang tua nih membangun karakter.
ReplyDeleteTaman bermainnya masih "asli" rerumputan hijau, pelajaran untuk calon orang tua nih membangun karakter.
ReplyDeleteSalah satu yang paling sulit itu mengajarkan soal proses lebih penting dari kemenangan. Soalnya suka nangis kalau ngeliat temennya di lomba menang :')
ReplyDeleteWalau belum berkerluarga, rasanya sudah harus belajar untuk mendidik dan membentuk karakter anak. Biar ga kaget nanti hehehe..
ReplyDeletemakasih sharingnya mbak..jadi tau ntr gimana mendidik anak :)
ReplyDeleteBener banget Teh Ani, memang karakter anak itu pondasinya yg paling kuat ya dari rumah. Thks utk sharingnya ya Teh, saya masih kedodoran banget membelajari anak khususnya dlm mengontrol emosi. Sayanya sendiri masih sering lepas kendali huhuhuuuu...
ReplyDeleteMembentuk karaktek pada anak bisa dikatakan sulit ya, Mbak. Selain harus dilakukan sejak dini dna peran orang tua penting banget. Karena orang tualah yang seharusnya membentuk karakter anak. Thx untuk tulisannya, Mbak :)
ReplyDeleteSetujuu banget ama tulisan teh Ani, gampang2 susah ya mengurus anak, apalagi membentuk karakter anak. Tapi selama ini mengurus anak emang bener anak adalah cerminan ortu. Ngeliat si olive emakna pisan dr mulai karakter sikap dll na huiiks..
ReplyDeletemakasih ya teh sharingnya , harus banyak belajar2 lagi apalagi sekarang menghadapi anak abg :)
Tulisan yang sangat bermanfaat teh, penting banget untuk mama muda kayak liza...
ReplyDeleteKeren banget ya sekolahnya..tulisannya juga..sebagai orang tua suka banyak khilafnya. Makasih jadi diingatkan lagi.
ReplyDeleteapalagi anak mempunyai Intelektual plus karakter yg bagus...semakin keren!
ReplyDeleteAsyik ya sekolahnya.... Pertanyaanku adalah berapa harga sekolah disana nanti pas aku udah punya anak? *mikir keras*
ReplyDeleteRapiii, bersiiiih, sekolahnya keren. Tapi memang pendidikan yang palingkuat itu dari rumah ya dari ortunya sendiri :)
ReplyDeleteDari hal sepele aja, soal mengantri dan buang sampah pada tempatnya. Hal yang mudah untuk dilakukan tapi kenapa tidak bisa? Ini salah satu gagalnya pendidikan karakter. Ortu memegang kunci, dan sekolah partner utama. Kadang anak gak nurut sama ortu tapi nurut sama guru. Perlu peran sekolah disini. Nice sharing mba Ani
ReplyDeletemenambah wawasan, terima kasih ya mbak ,,
ReplyDeleteSekolahnya bagus bgt . Jadi lbh hati2 nih mendidik anak takut salah didik
ReplyDeleteIya betul, karakter anak yang kita bentuk sejak dini akan berpengaruh besar di hari depannya. Alarm juga buat kita sebagai orangtua ketika kita bersikap salah di mata anak. Orangtua benar-benar harus mendampingi setiap langkah anak-anaknya. Jangan sampai anak mengalami gangguan psikologis yang berat.
ReplyDeleteBy the way itu sekolahnya nyaman banget, ya... :)
Beneran jadi pengin berenang kemaren itu pas ke sana. Mana cuacanya lagi panas wkwkwk.
ReplyDeletehal sepele tapi bisa berpengruh pada karakter anak ya teh, seneng banget bisa ambil banyak ilmu dari seminar ini. Sekolahnya keren
ReplyDeleteWaaahhh pasti mahal yak sekolah di situ. Hehe
ReplyDelete