Kebetulan saya sedang butuh
refreshing di tengah deadline yang padat, ada undangan screening film 3 DARA
dari MNC Pictures. Jadilah saya bersama beberapa blogger menuju Djakarta
Theatre XXI pada Tanggal 21 September 2015 lalu. Di sore hari yang agak panas
kami menuju ke sana dengan harapan mendapatkan hiburan berkualitas dan mendapat
sumber inspirasi untuk artikel di blog kami.
Sinopsis
Kehidupan hedonis dari tiga pria
mapan di Ibukota ini semakin keterlaluan ketika pekerjaannya mencapai puncak,
seolah apapun yang mereka inginkan bisa tercapai tanpa empaty dengan
sekitarnya, terutama dengan perempuan di sekitar mereka. Merasa berkuasa, merasa
bisa memberikan sesuatu dan akhirnya menyepelekan keberadaan perempuan.
Afandi (Tora Sudiro), seorang
pimpinan perusahaan yang setiap harinya berhubungan dengan kolega perempuan dan
secara fisik, perempuan-perempuan itu menarik. Afandi menjadi kurang peduli
dengan kehidupan rumah tangganya, pada istri dan anaknya kurang perhatian.
Bahkan kepada anak kandungnya sendiri, ia tak begitu tahu aktivitasnya.
Jay (Adipati Dolken), seorang
pemerhati bagian sensual perempuan di salah satu perusahaan entertainment,
prestasinya meroket akibat kejeliannya dalam seni visual. Setiap presentasi
proyek pasti goal dan Ia mempunyai tunangan cantik tapi enggan menikahinya
padahal semuanya sudah siap, dari segi psikologis, kemapanan dan sikap mau
menerima apa adanya dari sang kekasih Jay.
Richard (Tanta Ginting), Tukang
gonta ganti pacar dan sulit memutuskan salah satunya. Sering menggoda perempuan
lain.
Puncaknya, ketika mereka bertiga
berkunjung ke sebuah klub malam, mereka konflik dengan salah satu pramusaji
bernama Mel dan Richard menggoda sambil merendahkannya. Mel tidak terima dan
mengumbar kutukan supaya mereka menjadi perempuan yang bisa merasakan posisinya
saat itu.
Ketiganya secara psikologis
merasa mendapatkan kutukan itu dan tersugesti dalam tingkah laku kesehariannya
seperti layaknya perempuan. Afandi menjadi sering diet, suka pakai lipgloss
bibirnya, tingkah laku di rumah jadi perhatian terhadap keluarga dan suka musik
lembut. Sedangkan Jay jadi berani melamar kekasihnya untuk menikah tapi rewel urusan
persiapan pernikahan, karena merasa tidak cocok dengan pilihan kekasihnya yang
polos untuk baju, kue pengantin dan apartemen yang akan menjadi tempat tinggal
mereka setelah menikah. Lain lagi dengan Richard, Ia jadi berusaha setia
setelah mengenal instruktur yoga tempatnya berlatih.
Keanehan demi keanehan terjadi,
akhirnya mereka mendatangi psikiater cantik (Rianti Cartwright) untuk
berkonsultasi. Tak sekali datang, bahkan mereka dibuatnya khawatir oleh
psikiater cantik itu karena diramalkan mereka akan berganti kelamin melalui
operasi. Dengan penuh harap mereka terbebas dari kutukan Mel di klub malam itu.
Mereka berusaha mencari Mel dan minta dibebaskan dari kutukan yang melanda
mereka. Karena akibatnya mereka hampir kehilangan keluarga, tunangan dan
pekerjaannya.
Akhirnya merekapun bertemu Mel,
apakah kutukannya benar-benar ada? Dan apakah Mel membebaskannya? Lalu
bagaimana dengan Jay? Apakah ia jadi menikah? Apakah Afandi ditinggalkan
istrinya karena dicurigai ada WIL mengingat di saku kemejanya ditemukan
Lipgloss miliknya? Sebaiknya tonton film ini di bioskop terdekat ya, sudah
tayang sejak 23 September lalu.
Review
3 DARA, suguhan dari MNC Pictures
ini memberikan kesan film yang filosofis, penonton yang kurang jeli seperti
saya, akan sedikit mengerutkan kening ketika melihat adegan demi adegan yang
absurd. Seperti Mel yang melontarkan kutukan ditanggapi serius oleh tiga pria ibukota
mapan yang secara logika tak terpengaruh hal mustahil. Dan tiga pria ini sampai
merasakan takut berkepanjangan dan berpengaruh terhadap kehidupan yang
memerlukan keputusan besar akibat kutukan yang dilontarkan Mel. Sedangkan Mel
adalah perempuan biasa, manusia biasa saja.
Untuk segi akting, semua
memainkan peran yang total tapi tidak diimbangi dengan alur dan isi cerita yang
sebagus akting mereka.
Pesan positif yang saya tangkap
adalah ketika tiga pria ini merasa sudah bisa melakukan apapun, dalam satu
titik kesadaran, mereka punya rasa bersalah yang ditunjukan dengan kegelisahan,
perubahan sikapnya yang menjadi mirip perempuan secara psikologis adalah puncak
dari perasaan yang membutuhkan solusi. Setelah melalui berbagai tantangan, dari
situlah mereka menemukan akar permasalahannya.
Semoga review film ini dapat
menjadi masukan bagi pihak yang berkepentingan agar mempertimbangkan sisi
logisnya juga walaupun film ini untuk tujuan komedi.
Membaca dua review film ini jadi semakin penasaran.
ReplyDeleteSuka masukan dari Teh Ani :D
Namun memang "komedi" bisa terbangun salah satunya dengan menabrak logika.Meskipun banyak juga yang tidak memakai metode itu.
Mau nonton ah film nya, thx review nya teh hihihi
ReplyDeleteAnakku kekeuh mau nonton film.ini, Teh. Kl berdasarkan review ini, seumur anakku blm bisa mencerna film ini ya. Makasih reviewnya ya, Teh.
ReplyDeleteUdah 2 kali aku nonton film nyaaa. πππ
ReplyDeleteIntinya kurang membekas, dan greget pengen nonton ya teh. Kalau masalah acting Tora dan Adipati memang total banget.
ReplyDeleteMakasiii reviewnya teh Ani :D. Aku sempet nonton trailernya kenarin
ReplyDeleteAku juga setuju kalo akting para pemainnya itu total dan bagus. Agak ngga setujunya dengan 'kutukan' itu. Over all, filmnya lumayan dan yg penting ada hikmah yg bisa diambil.
ReplyDeleteih penasaran jadinya pingin nonton langsung. Kutukannya hlang gak sih di akhir cerita
ReplyDeleteceritanya lain dari yang lain ya teh.. jadi penasaran :D
ReplyDeleteini yang ada di iklan itu ya, kayanya seru.
ReplyDeleteDalam menulis, logika aja penting. Apalagi bikin film, yak.
ReplyDelete3 dara dan pemeran utamanya cowok semuaaa hehehe. Kayaknya menarik nih teeeh.. Mau liat seberapa absurdnya film ini hehehe
ReplyDelete