Masuk dalam dunia kerja
atau organisasi, biasanya karakter setiap anggota bermacam-macam. Ada yang
ingin menonjol ada juga yang statis. Biasanya bagi yang suka tampil, ketika
masuk di perkumpulan selalu dimanfaatkannya dengan lebih aktif. Bagi yang diam?
Ada dua versi, ada yang memang gak suka tampil atau menonjol, tapi ada juga
yang sebenarnya ingin menonjol tetapi tak punya kepercayaan diri. Jeleknya,
tipe yang terakhir ini suka ngegrundel di
belakang.
Bagi yang punya skill
akan lebih maju ke depan dan mudah mendapatkan posisi yang diinginkan. Akan
tertatih-tatih bagi yang belum menguasai kompetensi. Tetapi dua hal ini tak
menjadi jaminan berhasil atau tidaknya untuk survive pada kegiatan atau
pekerjaan yang dilakoninya. Punya kompetensi jika tak punya komitmen akan
percuma saja. Begitu juga sebaliknya.
Photo by : Pixabay.com |
Satu contoh yang
dilansir dari sebuah artikel di majalah ternama, dibahas sebuah perusahaan
kebung anggur di Australia, mempekerjakan dua orang (GM) General Manager. Yang
satu sangat kompeten di bidangnya yang satu lagi pendidikannya hanya sampai
tamatan sekolah menengah atas tetapi punya pengalaman bekerja lebih lama dari
si GM kompeten berpendidikan tinggi. Karena si GM kompeten merasa punya level
lebih tinggi, Ia kerjanya hanya perintah-perintah bawahannya, termasuk berani
memerintah rekan GM satunya. GM yang diperintah menurut saja karena tahu diri,
tak begitu bertenaga keahliannya. Ia mengandalkan kerja keras dan kejujuran
untuk bisa bertahan di era persaingan kerja di perusahaan itu.
Bos perusahaan menguji
kedua GM tersebut. Dua-duanya dipisah ke kebun yang berbeda. Tiga bulan
kemudian, Sang Bos mengontrol masing-masing kebun. Pertama, Ia mengontrol GM
kompeten, Buah Anggur tumbuh lebat, buahnya ranum dan siap panen. Tetapi Bos
kecewa. Kenapa Ia kecewa? Bos sedih melihat kebunnya berantakan, rumput-rumput
liar meninggi hampir menyentuh ranting-ranting Anggur di atasnya. Beberapa
sampah juga berserakan di sekitar kebun.
Lalu Ia beralih ke
Kebun yang dikelola GM kurang skill. Si
Bos pertama-tama melihat keadaan kebun, Ia tersenyum sumringah dan menepuk
pundak si GM menandakan rasa puasnya. Karena kebun begitu asri, bersih dan
tertata rapi walau Anggur tak seranum di kebun GM kompeten tadi.
Akhirnya, Bos
memutuskan untuk mempertahankan si GM kurang skill dan memutus kontrak GM
kompeten dengan alasan, GM yang berkompeten itu kurang punya komitmen dan
loyalitas karena membiarkan kebunnya berantakan walau berhasil menghasilkan
buah Anggur yang layak panen. Akhirnya si GM kurang skill tersebut disekolahkan
lagi dan sampai sekarang survive dan lebih maju.
Pesan moral dari
kejadian ini, kerja keras dan kejujuran akan mengikuti kesuksesan dari pada
keahlian penyebab jumawa yang disalahgunakan untuk memperoleh jabatan.
Perlu diketahui, bahwa
seseorang yang tak punya keahlian atau hanya punya keahlian dasar, tetapi punya
komitmen dan punya tekad kerja keras serta kejujuran, akan lebih survive dalam
sebuah perusahaan, organisasi atau komunitas. Karena melakukan kontribusi dan
punya loyalitas. Bagaimana bisa, yang tak punya keahlian bisa survive? Ya bisa
dong, karena berkat ketekunannya, Ia bisa mengejar orang-orang yang punya
keahlian dengan cara belajar lagi, bekerja lebih keras lagi dan selalu
memberikan yang terbaik.
Jadi, jika tak punya
keahlian atau gelar, jangan berkecil hati ketika berada di tengah-tengah orang
jumawa. Karena kompetensi akan mengikuti dan bisa dimiliki sesegera mungkin
jika kita mendahulukan komitmen.
Setuju, Teh! Banyak temen-temenku cuma diploma doang tapi jabatannya tinggi. Mereka yg sekolah tinggi jabatannya gitu - gitu aja.
ReplyDeleteInspiratif sekali teh.... makasih ilmunya
ReplyDeleteInspiratif sekali teh.... makasih ilmunya
ReplyDeletenice story mbak, membuka mata kalau kompetensi itu penting tapi harus diiringi attitude (komitmen) juga yaa :)
ReplyDeleteSetuju banget teh Ani... ini juga terjadi di dunia kerja yg saya alami.
ReplyDeleteKompetensi dan komitmen dua hal tang harus dipegang teguh utk bs survive atau setidaknya memiliki reputasi baik.
Banyak yg kemudian krn komitmennya dg learning by doing faktanya bs menjajagi yg kompeten tp kurang komitmen. Aihh pingin banget nulis ttg ini di blog tp agak sensi klo rekan sekantor ada yg baca. Ini mewakili banget pikiran saya. Kompetensi, jam terbang dan komitmen menjalaninya. Yg penting lg niatin buat ibadah krm sikut2an di dunia kerja ternyata melelahkan dan menyakitkan.
Attitude itu lebih penting yaa. Punya kompeten kalau ga punya komitmen ya nol besar, ga dihargai orang. Tugas kita nih utk mengajarkan attitude yg baik pd anak2
ReplyDeletejadi ingat kata2 dari salah satu orang yang saya jadiin anutan: "dalam hidup, proses jauh lebih penting dibanding hasil"
ReplyDeletemenurut saya, si gm komitmen mengadopsi prinsip itu, yang perlahan merangkak
sementara, si gm kompeten lebih pragmatis (mirip Jose Mourinho), di sisi lain dia tidak salah, secara fokus sudah tepat, cuma implementasinya sedikit menyimpang :)
*cmiiw
Ceritanya menginspirasi saya nih teh Ani, untuk dunia blogging terutama. Walaupun skill nge-blog masih merangkak, tapi pertama kuatkan komitmen dulu seperti cerita GM diatas. Barulah nanti kompetensi..^^
ReplyDeletesetuju teh, jangan berkecil hati ya ev *ini nasehatin diri sendir* yang penting tekun in syaa Allah kesuksesan akan mengikuti, tapi teh ani saya malah sengaja tidak menonjolkan diri di tempat kerja saya, soalnya di tempat kerja saya reward dan kinerja tidak sebandin, kalo ada yg ketauan punya skill akan dipake terus sementara yg lain didiamkan saja, dipake terusnya itu kadang bikin kita gak bebas dan memakan waktu keluarga hehe
ReplyDeletesetuju banget gan
ReplyDeleteBetul banget, Mba Ani.
ReplyDeleteSaya dapat pelajaran ttg komitmen, kerja keras, kejujuran.
Kalau saya paling benci sama orang yang 'mepet' bos, suka cari muka tapi kerjanya ga ada. Hhhhmmm, banyak nggak ya yang nemu orang seperti ini.
denganbelajar yang tekun Insya Allah pasti bisa ya teh
ReplyDeleteIyaa... aku sangat percaya bahwa orang yang sukses itu yang punya sikap tekun dan juga komitmen yang tinggi.
ReplyDeleteBaca ini bikin aku terhibur. Soalnya aku ngerjain segala sesuatu itu cuma pake prinsip learning by doing. Dan, terasa banget, komitmen dan ketekunan itu memegang peranan penting. Tanpa itu, nggak akan membawa hasil. Pas banget sama kisah si gm yg punya skill bagus di postingan ini.
ReplyDeleteskil pas2an namun mau belajar itu mengena banget Mba, memang keangkuhan meruntuhkan segalanya
ReplyDelete