Gunungkidul, Inspirasi Keterbatasan Jadi Potensi - Dunia-Spasi

Saturday, 18 May 2013

Gunungkidul, Inspirasi Keterbatasan Jadi Potensi



Berwisata tak harus ke tempat yang terkenal dan banyak dibicarakan orang. Karena banyak hal menarik yang tak ter-ekspos di area wisata yang belum terjamah publik. Jika saya wisata, selalu mempunyai tujuan ingin mengenal hal baru beserta hal menarik yang bisa menyenangkan hati dan akan terkenang sampai kapanpun. Syukur-syukur bisa balik lagi ke tempat yang kita kunjungi tersebut.

Seperti saat saya dan teman-teman berwisata ke Gunungkidul, Sebelah Tenggara Yogyakarta terkenal sebagai  daerah gersang karena sebagian besar permukaan tanahnya berkapur. Otomatis daerah ini menjadi kekurangan air. Jangankan untuk mengairi pesawahan dan ladang. Untuk keperluan sehari-haripun masyarakatnya kesusahan. Bahkan harus rela mengangkut air dari sungai yang jaraknya ratusan meter dari rumahnya.

Musisi Dari Desa Wonosari Gunungkidul

Tarian khas Gunungkidul

Perekonomian Masyarakat Desa Gunungkidul akhirnya tak dapat megandalkan sektor pertanian karena tekstur tanahnya yang gersang. Pada sektor pariwisatalah mereka menggantungkan harapan kelangsungan hidupnya. 

Saya tidak menyangka sama sekali bahwa Desa Gunungkidul menyimpan sejuta pesona dan budaya yang ber-etika tinggi. Berikut pesona Gunungkidul yang telah saya nikmati :

Gerbang masuk Desa Bobung


Geliat Masyarakat Desa Bobung

Lokasi pengrajin Topeng Kayu di Desa Bobung Gunungkidul.

Disini, mayoritas masyarakatnya bekerja di rumah masing-masing, mulai dari anak-anak sampai yang berusia lanjut mengerjakan pekerjaan membuat topeng kayu. Jika sudah selesai baru disetor ke pabrik untuk finishing dan dipasarkan. Geliat semangat mereka sangat memberi efek aura positif bagi siapapun yang berkunjung kesini. Masing-masing punya keterampilan mengukir dan membuat banyak model topeng serta kerajinan kayu lainnya. Hasil karya mereka sudah merambah ekspor ke luar negeri.

Meskipun bahan dasar kerajinan berasal dari kayu, otomatis akan banyak pohon ditebang untuk keperluan bahan baku, jadi Masyarakat Desa Bobung menerapkan kebijakan bahwa setiap warga yang telah menebang satu pohon, harus menanam 10 pohon setelah menebang. Dan ini adalah wajib. Jika tidak, akan dikenakan sanksi oleh masyarakat disekitar sana. Ini demi keseimbangan alam dan mencegah bertambahnya kegersangan.

Sejarahnya, daerah ini menjadi penghasil kerajinan topeng kayu karena leluhurnya adalah para Penari Topeng Panji yang ada hubungannya dengan Tari Topeng Cirebon Jawa Barat. Hasil karya Topeng Kayu Bobung ini sudah dikenal luas dan Bobung sudah menjadi destinasi wisata yang layak dikunjungi karena didalamnya begitu banyak karya yang harus kita bantu untuk melestarikannya. Dan ada folosofi bermanfaat ketika menerapkan kebijakan menebang satu pohon, harus menanam 10 pohon, hal ini patut jadi inspirasi bagi daerah lainnya.

Kuliner Khas Desa Gunungkidul

Kekeringan yang menyelimuti tanah Gunungkidul tak membuat masyarakatnya menyerah untuk maju, ini adalah inspirasi lagi bagi saya atau siapapun yang berkunjung kesini. Karena mereka pantang menyerah pada keadaan dibuktikan dengan memutar otak mengolah sumber bahan pangan yang tumbuh subur tanpa memerlukan banyak air. Akhirnya membudidayakan Ubi Jalar dan Ketela pohon. Menjadi olahan makanan khas yang tak kalah gizinya dengan makanan lain. Seperti Ubi jalar ungu yang dibuat kripik, bolu kukus dan Es Krim. Juga ketela pohon dibuat Thiwul dan Gathot. Yang akhirnya menjadi industri makanan khas Gunungkidul, setiap wisatawan pasti mencari makanan ini jika berkunjung ke Gunungkidul. Thiwul dan Gathot yang diolah  dengan berbagai tahapan, perebusan, pemotongan dan pengukusan, dalam kedua makanan ini, Gahtot mempunyai kandungan protein yang lebih banyak dari hasil fermentasi yang dilakukan. Jika berkunjung ke Gunungkidul, dapat mengunjungi pabrik Thiwul dan Gathot yang sudah terkenal yaitu, Pabrik Yu Tum. Disana kita dapat melihat proses pembuatan Thiwul dan Gathot dari awal sampai akhir.

Mengintip pembuatan Thiwul di Dapur Yu Tum




Proses Memasak Thiwul

Ini dia Thiwul lezat khas Gunungkidul

Belalang Goreng dalam kemasan

Bolu kukus Ketela Rambat Ungu

Makanan khas Gunungkidul yang lebih menarik dan unik lagi adalah Walang Goreng, Keadaan Gunungkidul berpuluh tahun silam yang kekurangan bahan pangan membuat masyarakat berpikir keras, sampai akhirnya memanfaatkan belalang yang berkeliaran di pohon-pohon. Menurut Prof. Ahmad Sulaiman,  kandungan gizi yang ada pada Belalang proteinnya setara dengan protein yang ada pada Daging Sapi. Saya sudah mencoba Walang Goreng ini, rasanya gurih dan aroma daun-daun yang dimakan belalang ini agak terasa. Dan Belalang goreng pun kini sudah menjadi sumber potensi makanan khas Gunungkidul.

Pantai Indrayanti 

Pantai Indrayanti adalah salah satu pantai di Gunungkidul yang saya kunjungi. Tempatnya masih sepi dan belum terjamah orang banyak. Menurut beberapa masyarakat disana, pantai ini dinamanakn Pantai Indrayanti karena masih dikelola oleh masyarakat setempat dan belum ada ikut campur pemerintah dalam menjadikan pantai tersebut sebagai destinasi wisata publik. Maka beberapa warga berinisiatif untuk mengelolanya secara swadaya. Baik dalam menyediakan area parkir, penginapan dan fasilitas lainnya untuk keperluan wisatawan yang datang. Nama Indrayanti sendiri adalah salah satu pengelola akomodasi yang ada di Pantai tersebut.

Pantai Indrayanti


Menikmati sore di Pantai Indrayanti

Pantai Indrayanti cocok sekali menjadi tempat untuk menikmati sore dengan Sunset yang cantik dan menikmati ombaknya yang tenang. Pokoknya, tak kalah dengan pantai-pantai yang selama ini banyak dibicarakan.

Kesimpulannya, Gunungkidul yang selama ini banyak dipandang sebelah mata, ternyata setelah saya saksikan dengan mata kepala sendiri keunikan dan pesonanya, begitu menuai rindu untuk kembali kesana, pengalaman berinteraksi dengan warganya yang santun, sikap pekerja keras yang ulet dan selalu dijadikan prinsip dalam mengelola kekurangan menjadi sebuah potensi. Baik dalam kehidupannya maupun potensi wisatanya. Dari sini saya tak hanya memperoleh nikmat keindahan alam dan karya seninya tetapi lebih dari itu. Yaitu prinsip pekerja keras dan tetap bergerak maju walau dalam kondisi penuh keterbatasan daerahnya.

Perjalanan dari Yogyakarta ke Gunungkidul memakan waktu lebih kurang 2 Jam perjalanan dengan kendaraan bermotor.

1 comment:

  1. ini daerahku lho yang mau di temani keliling pante wediombo 083840574544

    ReplyDelete

@templatesyard