Kalau ingat Pekalongan
pasti ingat Batik. Kota Pekalongan dijuluki Kota Batik karena memiliki Industri
Kecil Menengah (IKM) Batik sebanyak 12.475 unit menyerap sekitar 88.670 tenaga
kerja. Ciri khas Batik Pekalongan yang berwarna cerah dinamis dengan beragam
motif kaya filosofis dan dibuat dengan perasaan.
Maka, dalam forum Kafe
BCA VI di Menara BCA Jakarta (23/5) diluncurkan Buku “Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa” karya Budi Mulyawan dengan
dukungan penuh dari BCA. Tak hanya buku, BCA juga membina Kampung Batik Gemah
Sumilir, Wiradesa, Pekalongan dan bekerjasama memproduksi Batik Hoko BCA yang
digunakan oleh 23.000 karyawan BCA di seluruh Indonesia.
Ki-ka: Suryani, Nita Kenzo, Jahja Setiatmadja, Poppy Savitri, Moderator |
Buku Karya Budi Mulyawan dengan dukungan BCA |
Banyak ilmu yang
didapatkan tentang Batik dari Kafe BCA VI ini, hadirnya para pembicara andal
diantaranya, Poppy Savitri selaku Direktur Edukasi & Ekonomi Kreatif Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf), Suryani, Rektor Universitas Pekalongan, Nita Kenzo,
Ketua Yayasan Batik Indonesia dan Jahja Setiatmadja, Direktur BCA.
Jahja Setiaatmadja
mengungkapkan bahwa Batik yang bernilai budaya akan memberi nilai jual yang
tinggi di pasaran domestik maupun internasional, sebagai bukti, Tahun 2015
nilai ekspor Batik meningkat 25,7% dibanding tahun sebelumnya. Pasar Batik
utama Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat dan Eropa.
Menarik sekali membahas
Batik Pekalongan yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, mengalami berbagai
pergolakan dan peristiwa di dalamnya. Jika melihat motif Batik Pekalongan,
seolah dapat melihat masa lalu yang tergores dalam rangkaian titik-titik
cantingnya.
Dalam kesempatan ini
juga dibahas mengenai Batik secara umum, sesuai dengan tema diskusi “Khasanah Batik Pesona Budaya”
Poppy Savitri
menyatakan bahwa yang disebut Batik adalah Batik Tulis dan Batik Cap, bukan
Batik Printing yang banyak beredar bahkan dari negara lain. Maka dari itu,
Batik tulis harus dipertahankan pakemnya karena Indonesia mempunyai ciri khas
yang tak tergantikan.
Pengakuan UNESCO terhadap Batik yang menjadi warisan
budaya dunia karena Batik Indonesia mempunyai makna filosofis, penggunaan
material yang aman, ada proses ketekunan, mempunyai nilai sejarah dan ada nilai
ekonomi yang bermanfaat untuk orang banyak.
Poppy memperkenalkan
peralatan membatik sebagai berikut:
Canting Tulis |
Canting
Canting
Tulis ada beberapa jenis, diantaranya Canting Isen yang berfungsi untuk
membatik isi bidang atau mengisi pola. Canting
Klowong berdiameter 1-2 mm berfungsi untuk membatik di bidang yang tipis
dan Canting Tembokan, berdiameter
1-3 mm berfungsi untuk membatik di bidang yang luas dan memperkuat lilin supaya
tidak mudah lepas oleh laruutan asam.
Canting Cap |
Canting
Cap,
digunakan untuk membuat Batik Cap.
Malam |
Malam,
terbagi
dua, yakni Malam Cap dan Malam Tulis. Dua-duanya terbuat mempunyai kekhususan
agar hasilnya maksimal.
Membatik |
Sedangkan proses
membatik terbagi beberapa tahap, mulai membuat pola, pewarnaan, pencucian,
perekatan malam dan penjemuran. Semua proses ini harus benar-benar dilakukan
dengan teliti dan tekun.
“Membuat Batik seperti
semedi, memerlukan posisi yang nyaman dan suasana yang tenang, seperti
meditasi. Beberapa kerajaan bahkan ketika naik tahta, akan memesan Batik yang
dibuat khusus dan harus melalui beberapa ritual. Inilah kekayaan Batik
Indonesia.” Kata Poppy.
“Menggunakan Batik, tak
boleh sembarangan memakai jenis motifnya, harus diperhatikan coraknya, jika
motif parang sebaiknya tidak digunakan ke acara pernikahan karena bisa disangka
ngajak perang atau motif untuk penutup orang meninggal dipakai sehari-hari, ini
sangat fatal. Jika ingin lebih mendalam mengerti makna Batik, sebaiknya belajar
dan cari tahu dari berbagai sumber.” Poppy menambahkan.
Sementara Batik
Pekalongan sedang menjadi primadona, maka Suryani, Rektor Universitas
Pekalongan menginformasikan bahwa di Universitas Pekalongan ada mata kuliah
khusus tentang Batik. Yang memberi materi mendalam tentang Batik untuk para
mahasiswanya. Dengan harapan generasi muda dapat berkembang dan berinovasi
dengan budaya asli yang dimilikinya.
Salah satu upaya
mempertahankan budaya adalah dengan terus menggali dan mengembangkannya. Jika
membeli Batik, teliti dulu, jangan sampai terjebak dengan membeli Batik
printing yang diproduksi oleh bangsa lain yang kualitas dan kedalaman maknanya
kurang dan tidak menginterpretasikan Indonesia.
Menutup acara, Nita Kenzo menampilkan karya Batiknya dalam gelaran fashion show. Batik yang ditampilkan terlihat anggun, modern dan tidak meninggalkan akar budayanya.
Batik Jawa By Nita Kenzo |
Batik Jawa By Nita Kenzo |
Batik Jawa By Nita Kenzo |
Kalo batik pekalongan emang ciri khasnya warna warni gitu. Dan motifnya juga khas banget.
ReplyDeleteYang menyenangkan dari Batik Pekolangan itu adalah warnanya. Rata-rata cerah dan hangat. Rasanya tak satupun motif yang tak kusukai dalam foto-foto ini, Teh. Kalau saja mata kuliah khusus batik di Universitas Pekalongan itu, dibuat kursus untuk masyarakat umum, aku kira akan banyak peminatnya :)
ReplyDeleteAda workshopnya kok teh, datang saja ke museum batik di jalan jetayu. Itu free lho
DeleteCantik-cantik banget batiknya, Teh. Dan tampak modern baju hasil design nya.
ReplyDelete