Penyakit TB, sering diasumsikan
sebagai penyakit kalangan bawah, sampai ada anekdot, jika ditanya pernah sakit
apa atau sedang sakit apa, dengan bangganya menjawab, sakit jantung, darah
tinggi atau kolesterol tinggi. Jika sakit TB, enggan mengaku dan cenderung
menutupinya. Karena malu, gengsi dan malas berobat. Sikap pasien TB yang
menutup diri seperti ini, bukan hanya membahayakan dirinya tapi juga
orang-orang di sekitarnya. Sebab, satu orang saja penderita TB aktif, dapat
menularkan ke 15 orang di sekitarnya dalam waktu dekat.
Menurut dokter Sigit, dalam acara
workshop TB bersama Blogger di Bandung, Tanggal 3 Maret 2015 lalu, penderita TB
harus berobat selama 6 bulan tanpa putus. Jika putus di tengah jalan, dapat
mengakibatkan kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) menjadi resistant dan kebal terhadap obat.
Mengakibatkan pengobatan lebih lama lagi, TB kebal obat ini dinamakan MDR (
Multi Drug Resistant Tuberculosis). Pengobatan semakin lama, semakin berat dari
segi materi, waktu dan perasaan. Belum lagi beban sosial yang harus dipikulnya.
Menurut data dari Kementerian
Kesehatan RI, setiap tahun terdapat 64.000 kasus meninggal karena TB, atau
sekitar 178 orang per hari. Kondisi ini sudah menempati tingkat darurat, karena
Indonesia dengan populasi penduduk yang padat dan banyak masyarakat yang belum
menyadari pola hidup sehat, tantangan pencegahan penyakit ini semakin tinggi.
Penyakit TB harus dicegah dan
disembuhkan agar tak lebih menyebar lagi ke orang lain dan pasien TB tidak
bertambah parah kondisinya. Masa depan masih menunggu, jika banyak warga yang
terjangkit penyakit, usia produktif akan berkurang, karya menurun dan berdampak
pada perekonomian. Bayangkan, jika banyak usia produktif yang terkena TB lalu
tidak bisa bekerja atau belajar, banyak ketinggalan-ketinggalan dan terhentinya
cita-cita masa depan anak bangsa.
Kesadaran yang diperlukan oleh
masyarakat untuk mencegah penyakit TB adalah menjaga kesehatan di rumah, dengan
cara mengatur ventilasi agar sinar matahari dapat masuk ke seluruh penjuru
rumah, udara bertukar setiap harinya dengan yang bersih, jemur kasur dan sofa
secara rutin dan makan makanan bergizi setiap hari.
Jika sudah terkena TB, sebaiknya
langsung ke Puskesmas terdekat atau rumah sakit untuk diobati sampai tuntas.
Pengobatan diberikan gratis jika dilakukan di Puskesmas.
Ketika di luar, di tempat
keramaian, pakailah masker, etika batuk juga harus diperhatikan, ketika batuk,
sebaiknya ditutup dengan lengan. Agar tidak mencemari tangan dan tidak
menularkan kuman ke orang di sekitarnya.
Selain pencegahan penyakit TB
secara teknis, perlu juga pencegahan sejak dini, anak-anak sejak dalam
kandungan diberi nutrisi cukup dan bagi orang dewasa, sebaiknya menjaga
kebersihan badan dan lingkungan. Penyuluhan ke masyarakat juga perlu dimassif
kan agar kesadaran masyarakat dalam mencegah penyakit TB ini. Penyuluhan bisa
dalam kegiatan umum masyarakat, misalnya pengajian, arisan, posyandu atau apa
saja. Sangat baik jika melibatkan narasumber kompeten seperti dokter atau ahli
kesehatan lainnya. Sehingga wawasan masyarakat terbuka dan dapat mengantisipasi
terhadap penyakit ini.
Dengan melawan TB, banyak yang
terselamatkan dan usia produktif menjadi bisa lebih fokus dalam memajukan
perekonomian bangsa. Jangan sampai cita-cita generasi muda hilang atau menguap
karena dijegal penyakit TB. Pengobatan yang relatif lama dan membuat jenuh,
semestinya tak perlu dianggap berat, mengingat manfaatnya yang bukan hanya
untuk menyelamatkan diri pasien itu sendiri tapi juga orang sekitarnya. Dan
pasien TB jika sudah berobat selama sekurang-kurangnya selama dua minggu, tidak
akan menularkan lagi.
Bagi orang-orang yang ada di
sekitar pasien TB, tak perlu menjauhi pasien selagi tahu prosedur keamanan yang
harus dilakukan, seperti penggunaan masker dan tidak ada percikan ludah yang
kena langsung. Sebaiknya semua pihak saling support agar pasien TB semangat
berobat. Jika banyak yang melakukan pengobatan tuntas, seluruh masyarakat akan
sehat dan produktif.
Penyakit TB ternyata masih dominan ya Mak di negara kita... Secara awam banyak masyarakat menilai penyakit TB itu menular dan membahayakan.. Pasti sedih dong bagi penderitanya dijauhi banyak orang lantaran takut tertular.. Padahal seharusnya masyarakat tak perlu takut ya dan menghindar dari penderita TB bila mereka memahami dan mengetahui sejara jelas seluk beluk penyakit TB.. Mungkin kedepan lebih banyak dilakukan sosialisasi kepada masyarakat ten tang hal ini.. bahwa penderita TB tak perlu harus dijauhi...nice post..makasih telah berbagi info..
ReplyDeleteBenar Mba Rita, sebaiknya penderita TB jangan dijauhi, tapi harus diberikan support agar semangat berobat sampai tuntas. Jika mereka sudah berobat sekurang-kurangnya selama 2 minggu, tak akan menularkan ke orang lain.
DeleteSungguh bikin was was ya, Teh, melihat prosentase angka TB di negeri tercinta ini. Miris. Memang, sosialisasi massif ttg TB dan cara pencegahan dan penanganannya memang harusbsemakin digalakkan agar masyarakat maupun penderita TB teredukasi, sehingga tidak bersedia berobat dan tak menulari yg lain. Yyk kita banty sosialisasi lewat berbagai cara yg kita bisa.?
ReplyDeleteEh typo, sehingga bersedia utk berobat mksdnya....
DeleteIya Mba, saat kita chit chat sama penderita di Klinik Teratai itu sedih banget saya, lihat mereka harus menelan obat sebanyak itu, untung para PMO sabar dan mau mendampingi ya :)
DeleteOohh pasien yg sedang dalam masa pengobatan tdk berpotensi menularkan lagi ya mak? *cmiiw
ReplyDeleteSekurang-kurangnya setelah 2 minggu pengobatan Mba, karena kuman TB nya tidak aktif lagi. Jadi tidak menularkan saat kontak langsung di udara ketika berbicara.
Deletedenger2 juga harus 6 bulan ya mbak berobatnya,iyupun nggak boleh putus..makasih sharingnya^^
ReplyDeleteUntuk TB biasa 6 bulan harus tuntas, sedangkan TB MDR lebih kurang 18-24 bulan...
DeleteBaru tau mbak kalau sudh berobat minimal 2 minggu tidak akan menularkan lagi. Nice post mbak. Terimakasih sharingnya :-)
ReplyDeleteTidak menularkan Mba, tapi proses keamanan tetap harus dilakukan, seperti penggunaan masker dan etika batuk pasien
DeleteBener tuh teh.. Penderita TB gak perlu ditakuti dan dijauhi. Mereka pun bakal sedih kalo merasa terasingi, bukan semangat sembuh, yang ada malah makin depresi nanti mereka.
ReplyDeleteMereka harus dirangkul dan diberi support Cha :D
DeleteDuh bagi yang menjauhi sih berarti gak ada hati nurani. Masa bukan diberi dukungan malah diasingkan. Gimana kalo kita yang kena? pasti sedih banget kalo dijauhi.
ReplyDeleteTB memang salah satu penyakit terbanyak di Indonesia ya mbak. Banyak juga yg menghindari pasien TB, padahal mereka kan juga butuh dihargai. TFS ya.
ReplyDeleteButuh disupport Mba :D
DeleteDi negara berkembang, penyakit TB masih mendominasi, ini pengaruh dari nutrisi, populasi dll
Teh Aniiiiii... makasih informasinya, bermanfaat bangeddd. jadi bisa ke puskesmas, yah. Bismillah...
ReplyDelete