Batik Pekalongan Dari Masa Ke Masa - Dunia-Spasi

Saturday 27 May 2017

Batik Pekalongan Dari Masa Ke Masa



Kalau ingat Pekalongan pasti ingat Batik. Kota Pekalongan dijuluki Kota Batik karena memiliki Industri Kecil Menengah (IKM) Batik sebanyak 12.475 unit menyerap sekitar 88.670 tenaga kerja. Ciri khas Batik Pekalongan yang berwarna cerah dinamis dengan beragam motif kaya filosofis dan dibuat dengan perasaan.

Maka, dalam forum Kafe BCA VI di Menara BCA Jakarta (23/5) diluncurkan Buku “Batik Pekalongan: Dari Masa ke Masa” karya Budi Mulyawan dengan dukungan penuh dari BCA. Tak hanya buku, BCA juga membina Kampung Batik Gemah Sumilir, Wiradesa, Pekalongan dan bekerjasama memproduksi Batik Hoko BCA yang digunakan oleh 23.000 karyawan BCA di seluruh Indonesia.

Ki-ka: Suryani, Nita Kenzo, Jahja Setiatmadja, Poppy Savitri, Moderator

Buku Karya Budi Mulyawan dengan dukungan BCA

Banyak ilmu yang didapatkan tentang Batik dari Kafe BCA VI ini, hadirnya para pembicara andal diantaranya, Poppy Savitri selaku Direktur Edukasi & Ekonomi Kreatif Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Suryani, Rektor Universitas Pekalongan, Nita Kenzo, Ketua Yayasan Batik Indonesia dan Jahja Setiatmadja, Direktur BCA.

Jahja Setiaatmadja mengungkapkan bahwa Batik yang bernilai budaya akan memberi nilai jual yang tinggi di pasaran domestik maupun internasional, sebagai bukti, Tahun 2015 nilai ekspor Batik meningkat 25,7% dibanding tahun sebelumnya. Pasar Batik utama Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat dan Eropa.

Menarik sekali membahas Batik Pekalongan yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, mengalami berbagai pergolakan dan peristiwa di dalamnya. Jika melihat motif Batik Pekalongan, seolah dapat melihat masa lalu yang tergores dalam rangkaian titik-titik cantingnya.

Dalam kesempatan ini juga dibahas mengenai Batik secara umum, sesuai dengan tema diskusi “Khasanah Batik Pesona Budaya”

Poppy Savitri menyatakan bahwa yang disebut Batik adalah Batik Tulis dan Batik Cap, bukan Batik Printing yang banyak beredar bahkan dari negara lain. Maka dari itu, Batik tulis harus dipertahankan pakemnya karena Indonesia mempunyai ciri khas yang tak tergantikan.

Pengakuan UNESCO terhadap Batik yang menjadi warisan budaya dunia karena Batik Indonesia mempunyai makna filosofis, penggunaan material yang aman, ada proses ketekunan, mempunyai nilai sejarah dan ada nilai ekonomi yang bermanfaat untuk orang banyak.

Poppy memperkenalkan peralatan membatik sebagai berikut:

Canting Tulis

Canting

Canting Tulis ada beberapa jenis, diantaranya Canting Isen yang berfungsi untuk membatik isi bidang atau mengisi pola. Canting Klowong berdiameter 1-2 mm berfungsi untuk membatik di bidang yang tipis dan Canting Tembokan, berdiameter 1-3 mm berfungsi untuk membatik di bidang yang luas dan memperkuat lilin supaya tidak mudah lepas oleh laruutan asam.

Canting Cap

Canting Cap, digunakan untuk membuat Batik Cap.

Malam

Malam, terbagi dua, yakni Malam Cap dan Malam Tulis. Dua-duanya terbuat mempunyai kekhususan agar hasilnya maksimal.

Membatik

Sedangkan proses membatik terbagi beberapa tahap, mulai membuat pola, pewarnaan, pencucian, perekatan malam dan penjemuran. Semua proses ini harus benar-benar dilakukan dengan teliti dan tekun.

“Membuat Batik seperti semedi, memerlukan posisi yang nyaman dan suasana yang tenang, seperti meditasi. Beberapa kerajaan bahkan ketika naik tahta, akan memesan Batik yang dibuat khusus dan harus melalui beberapa ritual. Inilah kekayaan Batik Indonesia.” Kata Poppy.

“Menggunakan Batik, tak boleh sembarangan memakai jenis motifnya, harus diperhatikan coraknya, jika motif parang sebaiknya tidak digunakan ke acara pernikahan karena bisa disangka ngajak perang atau motif untuk penutup orang meninggal dipakai sehari-hari, ini sangat fatal. Jika ingin lebih mendalam mengerti makna Batik, sebaiknya belajar dan cari tahu dari berbagai sumber.” Poppy menambahkan.

Sementara Batik Pekalongan sedang menjadi primadona, maka Suryani, Rektor Universitas Pekalongan menginformasikan bahwa di Universitas Pekalongan ada mata kuliah khusus tentang Batik. Yang memberi materi mendalam tentang Batik untuk para mahasiswanya. Dengan harapan generasi muda dapat berkembang dan berinovasi dengan budaya asli yang dimilikinya.

Salah satu upaya mempertahankan budaya adalah dengan terus menggali dan mengembangkannya. Jika membeli Batik, teliti dulu, jangan sampai terjebak dengan membeli Batik printing yang diproduksi oleh bangsa lain yang kualitas dan kedalaman maknanya kurang dan tidak menginterpretasikan Indonesia.

Membeli Batik asli dan buatan bangsa sendiri, sama saja dengan memelihara kekayaan budaya bangsa dan menjunjung tinggi kekayaan intelektual yang dilindungi.

Menutup acara, Nita Kenzo menampilkan karya Batiknya dalam gelaran fashion show. Batik yang ditampilkan terlihat anggun, modern dan tidak meninggalkan akar budayanya.

Batik Jawa By Nita Kenzo
Batik Jawa By Nita Kenzo
 
Batik Jawa By Nita Kenzo


Mari kita sama-sama jaga kekayaan budaya bangsa ini dengan melindungi kekayaan intelektualnya. Baik mempelajarinya maupun membeli Batik yang asli Indonesia. Seperti langkah yang dilakukan BCA yang selalu mendukung kearifan lokal Indonesia.

4 comments:

  1. Kalo batik pekalongan emang ciri khasnya warna warni gitu. Dan motifnya juga khas banget.

    ReplyDelete
  2. Yang menyenangkan dari Batik Pekolangan itu adalah warnanya. Rata-rata cerah dan hangat. Rasanya tak satupun motif yang tak kusukai dalam foto-foto ini, Teh. Kalau saja mata kuliah khusus batik di Universitas Pekalongan itu, dibuat kursus untuk masyarakat umum, aku kira akan banyak peminatnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada workshopnya kok teh, datang saja ke museum batik di jalan jetayu. Itu free lho

      Delete
  3. Cantik-cantik banget batiknya, Teh. Dan tampak modern baju hasil design nya.

    ReplyDelete

@templatesyard